Pengaruh Sejarah dan Produksi Gula
Pada masa penjajahan Belanda pada abad ke 19, sistem tanam paksa yang diberlakukan oleh Van Den Bosch mewajibkan petani di Jawa menanam tebu untuk produksi gula.
Baca Juga: Spaghetti: Menggoda Selera dengan Kelezatan Sederhana Yang Menggugah Selera
Bertahun-tahun lalu, hampir seluruh sawah di Jawa Tengah dipaksa untuk menanam tebu oleh penguasa kolonial Belanda.
Keputusan ini berdampak besar pada kehidupan rakyat setempat, karena mereka kehilangan makanan pokoknya, yaitu nasi.
Kelaparan melanda dan untuk bertahan hidup, mereka menggunakan air perasan tebu untuk memasak dan menggantikan nasi. Kondisi ini membentuk kecenderungan rasa manis pada kuliner Jawa Tengah.
Rasa manis yang dominan dalam hidangan menjadi sebuah cara untuk mengatasi masa-masa sulit dan mencari kebahagiaan di tengah keterbatasan.
Keraton Solo dan Jogja memiliki peran penting dalam produksi gula, yang berdampak pada cita rasa manis di makanan.
Baca Juga: 5 Rekomendasi Kuliner Khas Tulungagung, Rasanya Tidak Tanggung-tanggung
Kearifan Budaya Jawa
Tidak hanya faktor sejarah, tetapi kearifan budaya Jawa juga membentuk makanan manis sebagai simbol kebahagiaan dan keberkahan.
Makanan manis menjadi bagian penting dalam upacara adat, pernikahan, dan perayaan tradisional.