KUNCI JAWABAN Bahasa Indonesia Kelas 11 Halaman 81 82 Pertanyaan berdasarkan Cerpen Tanah Air Martin Aleida

- 17 Juli 2023, 11:37 WIB
KUNCI JAWABAN Bahasa Indonesia Kelas 11 Halaman 81 82 Pertanyaan berdasarkan Cerpen Tanah Air Martin Aleida
KUNCI JAWABAN Bahasa Indonesia Kelas 11 Halaman 81 82 Pertanyaan berdasarkan Cerpen Tanah Air Martin Aleida /pexels.com/pixabay/

TANAH AIR

Martin Aleida

Hatiku teduh. Dia kelihatan tenang. Cuma matanya saja yang terus memandangiku dengan ganjil. Seakan aku ini siapa, bukan istrinya. Tadi, sambil duduk berdampingan menjuntaikan kaki di tubir tempat tidur, perlahan kupotongi kuku-kukunya yang panjang, hitam berdaki.

Dari tangan sampai kaki. Gemertak pemotong kuku meningkahi angin pagi yang deras dan dingin memukuli jendela.

Tanpa menatapku barang sekejap pun, seperti berbisik pada dedaunan di luar, lagi-lagi dia mengulangi igauan yang saban pagi, menjelang matahari terbit, diucapkannya seperti merapal mantra. Atau pesan yang aku tak tahu kepada siapa.

“Setengah jam lagi. Begitu matahari terbit, mereka akan datang membebaskan kita,” desisnya dengan mata yang tetap saja liar, dan sepertinya aku entah di mana, tidak berada di seberang bahunya.

Siapa yang akan membebaskannya? Aku tak tahu. Dan aku tak pernah mau bertanya. Tetapi, yang jelas janji akan pembebasan selepas subuh itulah yang kelihatan membuat penderitaannya lebih dalam.

Aku sama sekali tak tahu bagaimana awal kesengsaraan yang kini membelenggunya, membuat dia tidak berada dalam tubuhnya sendiri, sebagaimana dia yang kukenal sejak lebih setengah abad lalu. Dari seorang wartawan olahraga koran sore yang terpandang.

Yang katanya sering mengintipku dari gerbang Tjandra Naja, dekat Jakarta Kota, saat aku pulang sekolah naik sepeda. Laki-laki peranakan yang bermata tidak sesipit mataku, tapi hatinya sungguh lapang.

Baca Juga: Inilah Kunci Jawaban IPS Kelas 9 Halaman 83 84 Lengkap dan Tepat

Dan aku merasa tersanjung, juga bingung, ketika dalam surat pertama yang dia selipkan ke dalam tasku, memuji betisku setengah mati.

Sekarang, di tempat tidur ini, dari seorang manusia, kini dia tinggal menjalani sisa hidup hanya sebagai seonggok daging tak berjiwa. Hampa. Aku tak tahu apa yang menjadi pencetus penyakitnya ini.

Halaman:

Editor: Kun Daniel Chandra

Sumber: buku.kemendikbud.co.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah