Konon, bilah tombak ini berasal dari lidah seekor ular naga, sedangkan landhean berasal dari badan ular naga yang bernama Baru Klinthing.
Pusaka ini dibawa oleh Raden Mas Tumenggung Pringgodiningrat dari Mataram ke Tulungagung dan diwariskan secara turun-temurun oleh para bupati.
Tujuan utama dari upacara Jamasan Pusaka Kanjeng Kyai Upas adalah untuk pemeliharaan pusaka secara tradisional agar tetap ampuh dan melindungi masyarakat dari bencana.
Proses pemeliharaan melibatkan pembersihan dan pelumasan dengan warangan sebagai racun yang membunuh bakteri perusak.
Puncak upacara Jamasan Pusaka Kanjeng Kyai Upas dilakukan pada hari Jumat dengan waktu khusus sebelum sholat Jumat.
Upacara ini diawali dengan mengeluarkan pusaka dari Gedhong Pusaka di Dalem Kanjengan Kepatihan Kecamatan Kota Tulungagung.
Setelah diiringi oleh gamelan monggang, pusaka tersebut diberi sesaji oleh Kyai Emban yang telah mewarisi tugas ini secara turun-temurun.
Tradisi Jamasan Pusaka Tombak Kyai Upas menjadi bagian penting dari warisan budaya Tulungagung yang harus terus dijaga dan dilestarikan.
Melalui upacara ini, masyarakat menghormati dan merawat pusaka bersejarah ini sebagai bentuk penghormatan pada nenek moyang dan keyakinan akan kekuatannya yang magis.