Tradisi Suran Masyarakat Tulungagung: Jamasan Pusaka Tombak Kyai Upas

31 Juli 2023, 10:20 WIB
Tradisi Suran Masyarakat Tulungagung: Jamasan Pusaka Tombak Kyai Upas /instagram @exploretulungagung/

INFOTEMANGGUNG.COM - Tulungagung, sebuah kabupaten yang kaya akan tradisi dan budaya, menyimpan sebuah pusaka bersejarah yang mengandung kekuatan magis, yaitu Tombak Kanjeng Kyai Upas.

Pada setiap hari Jumat di Bulan Suro, penanggalan Kalender Jawa, Pemerintah Tulungagung menggelar upacara adat Jamasan Pusaka Tombak Kyai Upas.

Pusaka ini memiliki panjang bilah sekitar 35 cm dengan landhean (kayu pegangan) sepanjang 4 meter.

Berbagai legenda mengelilingi pusaka ini, dan keberadaannya dipercaya telah melindungi masyarakat Tulungagung dari bencana dan bahaya, bahkan pada masa penjajahan Belanda.

Baca Juga: Lika-Liku Perjalanan Karir Pendiri Astra International Pernah Difitnah Hingga Masuk Penjara

Inilah yang membuat tradisi Jamasan Pusaka Kanjeng Kyai Upas menjadi begitu istimewa. Tradisi ini biasanya digelar di Pendopo Kanjengan, tempat pusaka tersebut disimpan.

Legenda Tombak Kyai Upas

Legenda mengenai asal-usul Tombak Kanjeng Kyai Upas bermula pada akhir pemerintahan Majapahit. Ki Wonoboyo, salah satu punggawa kerajaan, membuka hutan dekat Rawa Pening Ambarawa atau Ambahrawa, yang sekarang berada di wilayah Mataram.

Suatu kejadian tak terduga menyebabkan terciptanya pusaka ini. Saat meminjam pisau dari Ki Wonoboyo, seorang juru masak perempuan secara tidak sengaja meletakkan pisau itu di pangkuannya, dan pisau itu menghilang dan masuk ke dalam perutnya hingga menyebabkan dia hamil.

Anak yang dilahirkan kemudian bukanlah bayi manusia, melainkan seekor ular yang diberi nama Baru Klinthing.

Baru Klinthing tumbuh menjadi dewasa dan ingin diakui oleh ayahnya. Namun, Ki Wonoboyo menetapkan syarat agar Baru Klinthing harus bisa melingkari puncak Gunung Merapi.

Meskipun mencoba berkali-kali, Baru Klinthing tidak berhasil hingga akhirnya ia menyiasati dengan menjulurkan lidahnya.

Melihat kecerdikan Baru Klinthing, Ki Wonoboyo mengutuknya dan seketika lidah ular itu jatuh ke tanah dan berubah menjadi Pusaka Tombak Kyai Upas.

Sejarah lain mengatakan bahwa Tombak Kyai Upas merupakan pusaka milik Ki Ageng Mangir, yaitu menantu Raja Mataram yang menolak tunduk pada kekuasaan Mataram. Setelah Ki Ageng Mangir wafat, pusaka tersebut disimpan di Pendopo Kanjengan Tulungagung.

Pusaka Tombak Kyai Upas kemudian diwariskan dari generasi ke generasi hingga saat ini dan dipercayai mampu melindungi Kabupaten Tulungagung dari bahaya.

Tradisi Jamasan Tombak Kyai Upas

Pada upacara Jamasan Pusaka Kanjeng Kyai Upas, pusaka ini disajikan dengan berbagai sajen dan sajian sesuai tradisi, termasuk menghidupkan lampu cuplak dengan minyak jarak dan membakar kemenyan. Tradisi ini dilaksanakan setiap hari Kamis dan diadakan siraman pada hari Jumat antara tanggal 11 hingga 20 bulan Sura.

Upacara Jamasan diawali dengan kesenian Reog kendang, yang mengiringi para dayang atau putri yang membawa air dari sembilan sumber. Setelah itu, air tersebut dicampur kembang tujuh rupa untuk njamas Tombak Kyai Upas.

Kanjeng Kyai Upas memiliki panjang bilah sekitar 35 cm dan landhean sekitar 5 meter, berlapis-lapis dengan kain cindhe.

Konon, bilah tombak ini berasal dari lidah seekor ular naga, sedangkan landhean berasal dari badan ular naga yang bernama Baru Klinthing.

Pusaka ini dibawa oleh Raden Mas Tumenggung Pringgodiningrat dari Mataram ke Tulungagung dan diwariskan secara turun-temurun oleh para bupati.

Tujuan utama dari upacara Jamasan Pusaka Kanjeng Kyai Upas adalah untuk pemeliharaan pusaka secara tradisional agar tetap ampuh dan melindungi masyarakat dari bencana.

Proses pemeliharaan melibatkan pembersihan dan pelumasan dengan warangan sebagai racun yang membunuh bakteri perusak.

Baca Juga: Menjadi Daya Tarik Masyarakat, ini 5 Upacara Adat di Banten yang Unik dan Menjadi Tradisi Setiap Tahun

Puncak upacara Jamasan Pusaka Kanjeng Kyai Upas dilakukan pada hari Jumat dengan waktu khusus sebelum sholat Jumat.

Upacara ini diawali dengan mengeluarkan pusaka dari Gedhong Pusaka di Dalem Kanjengan Kepatihan Kecamatan Kota Tulungagung.

Setelah diiringi oleh gamelan monggang, pusaka tersebut diberi sesaji oleh Kyai Emban yang telah mewarisi tugas ini secara turun-temurun.

Tradisi Jamasan Pusaka Tombak Kyai Upas menjadi bagian penting dari warisan budaya Tulungagung yang harus terus dijaga dan dilestarikan.

Melalui upacara ini, masyarakat menghormati dan merawat pusaka bersejarah ini sebagai bentuk penghormatan pada nenek moyang dan keyakinan akan kekuatannya yang magis.

Selain itu, tradisi ini juga mengajarkan nilai-nilai adat dan menjaga keutuhan budaya daerah untuk generasi mendatang.

Semoga, Tombak Kanjeng Kyai Upas tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas budaya Tulungagung dan terus memberikan perlindungan bagi masyarakatnya.***

 

Editor: Kun Daniel Chandra

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler