"Sampurasun…, permisi…" hebat pemuda itu
"Rampes…," jawab ibu Sir Poh Haci sambil jalan ke pintu.
Saat buka pintu, tampaklah seorang pemuda ganteng dan gagah gagah berdiri di muka pintu.
"Maaf jika kehadiran saya mengusik. Apa boleh saya bermalam di dalam rumah ibu?" pinta pemuda itu (Raden Budog).
Nyi Siti benar-benar kaget dengan keinginan itu.
"Maaf, kisanak ini siapa dan berasal darimanakah? Kenapa anda ingin bermalam di dalam rumah saya? Kami tidak mengenali kisanak," bertanya Nyi Siti berprasangka buruk.
"Nama saya Raden Budog, Bu. Saya seorang pengembara dan kebenaran berkunjung dikampung ini. jika diperkankan, perkenankan saya bermalam di dalam rumah ibu," pinta Raden Budog kembali.
"Maaf, Raden. Yang tinggal di rumah ini cuma saya dan anak gadis saya. Saya tidak berani terima tamu lelaki untuk bermalam," jawab Nyi Siti sekalian tutup pintu.
"Ah, lebih bagus saya tidur di sini saja," gumam Raden Budog sambil merebahkan diri dibale bambu.
Dalam tidurnya dia mimpi dikasih ijin oleh anak Nyi Siti. Mendadak dia menghirup bau kopi yang beri kesegaran. Demikian buka mata, dia menyaksikan gadis elok yang berdiri dan mengetahui hari telah pagi.