Analisis Cerita Telaga Warna, Pemahaman dan Penganalisisan Berbagai Elemen yang Membentuk Narasi

- 3 Januari 2024, 06:56 WIB
Analisis Cerita Telaga Warna, Pemahaman dan Penganalisisan Berbagai Elemen yang Membentuk Narasi
Analisis Cerita Telaga Warna, Pemahaman dan Penganalisisan Berbagai Elemen yang Membentuk Narasi /instagram @telagakumpeofficial/

Namun hal yang tak terduga terjadi. Sang putri tidak mau menerima kado ulang tahun itu. Putri Gilang melempar kalung itu di depan orang tua dan rakyat Kerajaan Kutatanggeuhan yang mencintainya. Kalung yang indahpun menjadi rusak. Emas permatanya tersebar dimana-mana.

“Aku tidak mau memakai kalung ini! Kalung ini sangat jelek!”. Sahut sang putri.

Semua orang yang menyaksikan kejadian ini sangat kaget dan tidak menyangka dengan perlakuan sang putri. Seketika suasana menjadi hening, semua orang hanya bisa diam. Tiba-tiba terdengar suara tangis Ratu Purbamanah yang cukup keras.

Dia tidak menyangka dengan sikap kurang sopan putrinya. Kemudian meledaklah tangis seluruh rakyat Kerajaan Kutatanggeuhan. Semua rakyat meneteskan air mata dan terus menangis. Sampai pada akhirnya air mata mulai membanjiri istana.

Perlahan mata air muncul di halaman istana dan lama- lama alirannya semakin deras. Air terus keluar dari dalam bumi, sehingga menenggelamkan seluruh rakyat, raja, ratu dan sang putri.

Volume air yang cukup banyak menenggelamkan seluruh wilayah Kerajaan Kutatanggeuhan. Hingga akhirnya tercipta sebuah telaga.
Telaga ini selalu menampilkan warna yang berbeda di bawah sinar matahari, sehingga dikenal dengan sebutan Telaga Warna. Warna-warna itu di percaya masyarakat sebagai pantulan dari perhiasan Putri Gilang Rukmini yang menyebar di dasar telaga​

Analisis Cerita Telaga Warna

Cerita "Telaga Warna" mengisahkan tentang asal mula terbentuknya sebuah telaga yang dikenal dengan sebutan Telaga Warna. Analisis cerita ini dapat dilakukan dari beberapa aspek, termasuk karakter, plot, dan pesan moral yang terkandung di dalamnya.

1. Karakter:

Prabu Suwartalaya: Sebagai figur kepala kerajaan, Prabu Suwartalaya digambarkan sebagai seorang ayah yang penuh kasih kepada putrinya. Pemberiannya mencerminkan rasa syukur rakyat dan kebahagiaan atas pertumbuhan putrinya.

Gilang Rukmini: Putri Prabu Suwartalaya ini menunjukkan karakter yang keras kepala dan kurang menghargai perasaan orang lain, terutama rakyat yang dengan penuh kasih memberikan hadiah. Sikapnya ini menjadi pemicu peristiwa tragis yang mengubah nasib kerajaan.

Halaman:

Editor: Mariyani Soetrisno

Sumber: Buku.kemdikbud.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah