Ini menunjukkan bahwa kerinduan Daud tidak hanya untuk bertemu dengan Tuhan secara pribadi, tetapi juga untuk kembali ke tempat ibadah yang sakral, di mana dia bisa merasakan kehadiran-Nya dengan lebih kuat.
Pengharapan di Tengah Kesengsaraan
Meskipun Daud merasa terasing dan terkepung oleh musuh-musuhnya, dia tetap mempertahankan pengharapan yang kuat kepada Tuhan. Dia mengingat pengalaman-pengalaman masa lalu di mana dia merasakan kehadiran dan perlindungan Tuhan (ayat 5-6). Ini adalah sumber kekuatan bagi Daud di tengah-tengah kesulitan yang dia hadapi.
Daud juga menghibur dirinya sendiri dengan mengingat sifat Tuhan yang setia dan penyayang (ayat 8-9). Meskipun situasinya sulit, Daud yakin bahwa Tuhan tidak akan meninggalkannya begitu saja. Ini mencerminkan kepercayaan yang dalam akan karakter Allah yang dipenuhi dengan kasih setia dan rahmat-Nya yang tak terbatas.
Kritikan Terhadap Diri Sendiri
Dalam Mazmur 42, Daud juga menghadapi pertentangan internal. Dia merasa terganggu oleh penindasan musuh-musuhnya, tetapi juga merasa kecewa dengan dirinya sendiri karena terus-menerus merasa sedih dan gelisah (ayat 5, 11).
Dia menyadari bahwa perasaan-perasaan negatif ini tidak selaras dengan keyakinannya akan kekuatan dan kasih Allah.
Namun, Daud tidak tenggelam dalam rasa putus asa atau penyesalan. Sebaliknya, dia menggunakan perasaan-perasaan negatifnya sebagai alat untuk lebih mendekatkan dirinya kepada Tuhan. Dia memperdalam kerinduannya akan Tuhan dan melemparkan dirinya sepenuhnya kepada-Nya (ayat 7, 11).
Harapan Akan Pertolongan Tuhan
Di tengah-tengah keputusasaan, Daud tetap memegang teguh harapannya akan pertolongan Tuhan. Dia meneguhkan dirinya sendiri dengan mengatakan, "Tunggulah kepada Allah, sebab aku masih akan memuji Dia, penyelamatku dan Allahku" (ayat 6).