Membuat Puisi dari Cerpen (Transformasi) Malaikat Juga Tahu, dengan Unsur Fisik dan Unsur Batin

- 25 Januari 2024, 13:54 WIB
Membuat Puisi dari Cerpen (Transformasi) Malaikat Juga Tahu, dengan Unsur Fisik dan Unsur Batin
Membuat Puisi dari Cerpen (Transformasi) Malaikat Juga Tahu, dengan Unsur Fisik dan Unsur Batin /pexels.com/asya vlasova/

Abang menimpali keluh kesahnya dengan menyebutkan daftar album Genesis dan tahun berapa saja terjadi pergantian anggota. Gerutuannya pada kumpulan laki-laki brengsek yang telah menghancurkan hatinya dibalas dengan gumaman simfoni Beethoven dan tangan yang bergerak-gerak memegang ranting kayu bak seorang konduktor.

Abang tidak bisa beradu mata lebih dari lima detik, tapi sedetikpun Abang tidak pernah pergi dari sisinya. Ia pun menyadari sesuatu yang orang lain tidak. Laki-laki disampingnya itu bisa jadi sahabat yang luar biasa.

Barangkali segalanya tetap sama jika bunda tidak menemukan surat-surat yang ditulis Abang. Untuk pertama kalinya, anak itu menuliskan sesuatu diluar grup music art rock atau sejarah music klasik. Ia menuliskan surat cinta- kumpulan kalimat tak tertata yang bercampur dengan menu makanan Dobi, blasteran Doberman yang tinggal tunggu ajal. Tapi ibunya tahu itu adalah surat cinta.

Barangkali segalanya tetap sama jika adik Abang, anak bungsu bunda tidak kembali dari merantau panjang diluar negeri. Sang adik kata orang-orang, adalah hadiah dari Tuhan untuk ketabahan Bunda yang cepat menjanda, disusul musibah yang menimpa anak pertamanya, seorang gadis yang bahkan tak sempat lulus SD, yang meninggal karena penyakit langka dan tak ada obatnya, lalu anak keduanya, Abang, mengidap autis pada saat dunia kedokteran masih awam soal autisme sehingga tak pernah tertangani dengan baik.

Anak bungsunya, yang juga laki-laki, menurut orang-orang adalah figur sempurna. Ia pintar, normal, dan fisiknya menarik. Ia hanya tak pernah dirumah karena sedari remaja meninggalkan Indonesia demi bersekolah.

Barangkali sang adik tetap menjadi figur yang sempurna jika saja ia tidak memacari perempuan satu-satunya yang dikirimi surat cinta oleh kakaknya. Bunda tahu, secerek air panas dan cucian berwarna seragam sudah resmi bergandengan dengan rutinitas lain, perempuan itu. Dan bagi Abang, rutinitas itu bukan sekedar hobi, melainkan eksistensi.

Pertama kali Bunda mengetahui si bungsu dan perempuan itu berpacaran. Bunda langsung mengadakan pertemuan empat mata. Ia memilih perempuan itu untuk diajak bicara pertama karena dipikirnya akan lebih mudah.

“Bagi kamu pasti ini terdengar aneh. Mereka dua-duanya anak Bunda. Tapi kalau ditanya, siapa yang bisa mencintai kamu paling tulus, Bunda akan menjagokan Abang.”

Perempuan itu terhenyak. Apa-apaan ini? Pikirnya gusar. Jangan pernah bermimpi dia akan memilih manusia satu itu untuk dijadikan pacar. Jelas tidak mungkin.

Bunda melanjutkan dengan suara tertahan, “Dia mencintai bukan cuma dengan hati. Tapi seluruh jiwanya. Bukan basa-basi surat cinta, bukan cuma rayuan gombal, tapi fakta. Adiknya bisa cinta sama kamu, tapi kalau kalian putus, dia dengan gampang cari lagi. Tapi Abang tidak mungkin cari yang lain. Dia cinta sama kamu tanpa pilihan. Seumur hidupnya.”

Halaman:

Editor: Mariyani Soetrisno

Sumber: Buku.kemdikbud.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah