1. Terdapat Krisis Perbankan Global
Krisis perbankan global ini menjadi salah satu faktor pemicu utama yang dapat mempengaruhi perubahan nilai tukar rupiah.
Seiring dengan kekhawatiran pasar terhadap meluasnya krisis perbankan dapat memicu ketidakpastian dan kekhawatiran dari investor terutama investor asing.
Hal inilah yang menjadi pemicu terhadap nilai tukar mata uang.
Kabar tentang naiknya biaya credit default swap yang terjadi pada Deutsche Bank dan penarikan deposit oleh nasabah di bank-bank kecil Amerika Serikat (AS) menciptakan kekhawatiran terhadap stabilitas perbankan global.
Berbagai investor cenderung mengamankan aset mereka, dan ini dapat menyebabkan pelemahan mata uang rupiah.
2. Aksi Jual Saham Bank Eropa
Aksi jual saham bank Eropa, yang diakibatkan oleh meningkatnya biaya untuk mengasuransikan utang Deutsche Bank, memiliki dampak yang cukup signifikan.
Credit default swaps yang meningkat ini menunjukkan bahwa adanya ketidakpastian dan risiko yang lebih besar dalam sistem perbankan tersebut.
Aksi jual saham ini juga dapat menciptakan tekanan lebih lanjut pada sektor perbankan global, selain itu dapat memicu ketidakpastian di pasar keuangan internasional.
Hal inilah yang membuat investor untuk mengamankan aset mereka, dan ini dapat berdampak negatif terhadap Indonesia terutama pada nilai tukar rupiah.