Mengapa Kualitas Pendidikan di Indonesia Rendah, Simak Penjelasan Selengkapnya

- 20 Mei 2023, 16:19 WIB
Mengapa Kualitas Pendidikan di Indonesia Rendah, Simak Penjelasan Selengkapnya
Mengapa Kualitas Pendidikan di Indonesia Rendah, Simak Penjelasan Selengkapnya /Pexels.com / Erik Mclean/

Hal tersebut tentunya akan memengaruhi kualitas pendidikan di Indonesia. Maka, pemerintah perlu ikut andil dalam meningkatkan sarana dan prasarana agar proses belajar mengajar bisa berjalan dengan baik.

3. Biaya Pendidikan Mahal

Beberapa wilayah di Indonesia masih memiliki tingkat kemiskinan yang tinggi. Hal ini menyebabkan para orang tua kesulitan dalam hal keuangan. Terkadang para orang tua lebih memilih untuk tidak menyekolahkan anak mereka karena terkendala biaya. Mereka merasa tak bisa menjangkaunya karena biaya pendidikan yang mahal. Jangankan untuk biaya sekolah, terkadang untuk keperluan sehari-hari saja susah.

Kendala ini  menyebabkan banyak sekali kita temui anak-anak yang seharusnya sekolah malah bekerja. Pekerjaan mereka pun beragam. Terkadang mengamen, menjual makanan, hingga menjadi pemulung.

Untuk itu, pemerintah harus lebih perhatian lagi kepada warna negaranya. Pemerintah harus memberikan biaya pendidikan kepada mereka yang kurang mampu karena hal tersebut merupakan kewajibannya seperti yang tercantum dalam UUD Pasal 31 ayat 2.

4. Menuntut Peserta Didik Bisa Di segala Bidang

Umumnya, sistem pendidikan di Indonesia menganut paham 'rangking'. Siapa yang tertinggi dialah yang dianggap paling cerdas. Orang-orang yang rangking menjadi kesayangan guru dan lebih dihargai. Hal ini bisa menimbulkan sikap syirik di kalangan murid lain.

Makanya tak jarang ada orang tua siswa yang menekan anaknya harus meraih rangking. Persoalan tersebut memiliki dampak pada psikologis anak. Mereka menjadi tertekan karena tuntutan itu. Jadi, yang mereka lakukan adalah belajar karena tuntutan, bukan karena kemauan sendiri. 

Terkadang murid yang memiliki nilai rendah dalam suatu bidang pelajaran dicap bodoh. Akibatnya rasa percaya diri mereka menjadi rendah. Misal dalam pelajaran matematika. Kita tentu pernah menemukan kasus seorang anak yang lemah di bidang pelajaran matematika, lantas ia dianggap bodoh. Padahal semua orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda. 

Seperti halnya orang yang jago di bidang matematika, bisa jadi ia lemah di bidang bahasa atau olahraga, begitupun sebaliknya. Seharusnya guru memaklumi hal itu. Tak perlu memaksakan siswa untuk bisa di semua bidang.

Harusnya kita mencontoh sistem pendidikan negara maju seperti Jepang. Di negara Jepang tidak menganut sistem rangking ini. Mengapa demikian? Karena anak-anak dilatih maju bersama dalam tim. Bukan malah dilatih untuk bersaing atau saling mengalahkan satu sama lain. Bahkan hasil belajar di sana tidak ditentukan berdasarkan nilai. 

Dilansir dari ilmupengetahuanibu.wordpress.com, anak-anak di Jepang tidak pernah dikenalkan bahwa si A lebih pintar dan si B lebih bodoh. Masyarakat di sana paham bahwa setiap anak memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. 

Halaman:

Editor: Kun Daniel Chandra

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah