INFOTEMANGGUNG.COM – Mobil listrik atau kendaraan dengan berbahan bakar baterai EV (electric vehicle) sedang menjadi buah bibir banyak masyarakat dunia. Sudah bukan rahasia umum, bahwa saat ini pemerintah sedang menggencarkan popularitas mobil listrik atau kendaraan non bensin di Indonesia.
Berbagai merk mulai bermunculan dengan aneka pilihan dan harga yang bervariasi. Mulai dari 200jutaan hingga miliaran rupiah.
Mobil listrik ini akhirnya menimbulkan pertanyaan dari banyak kalangan pemerhati lingkungan, apakah benar kendaraan dengan tanpa bahan bakar fosil ini ramah lingkungan?
Baterai yang digunakan pada kendaraan listrik terbuat dari sejumlah bahan baku seperti kobalt dan nikel.
Tanah air disebut sebagai negara penghasil biji nikel terbesar di dunia. Produksi nikel dunia mencapai 2.668.000 ton Ni pada tahun 2019 dan Indonesia menyumbang 800.000 ton Ni.Dari angka tersebut bisa dihitung jika Indonesia menjadi negara penghasil nikel terbesar. .
Nikel juga menjadi bahan baku baterai lithium yang dipakai pada telepon genggam atau peralatan elektronik lainnya. Baterai lithium termasuk produk yang eco-friendly karena sifatnya bisa diisi ulang
Ambisi pemerintah Indonesia untuk menjadi produsen baterai utama untuk mobil listrik di pasar dunia memunculkan pertanyaan mengenai dampak lingkungan yang ditimbulkan dari rencana tersebut. Ahli berpendapat ambisi pemerintah itu tidak sejalan dengan upaya memerangi dampak krisis iklim.