Hasil Penelitian Fakultas Psikologi UGM: Generasi Muda Terjebak Hustle Culture karena Medsos

- 5 Januari 2023, 08:20 WIB
Hasil Penelitian Fakultas Psikologi UGM: Generasi Muda Terjebak Hustle Culture karena Medsos
Hasil Penelitian Fakultas Psikologi UGM: Generasi Muda Terjebak Hustle Culture karena Medsos /Dok. Website UGM/

INFOTEMANGGUNG.COM - Peneliti Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Indrayanti memaparkan penelitiannya bahwa pemuda atau generasi muda terjebak hustle culture karena medsos atau media sosial.

Indrayanti menyatakan dampak generasi muda terjebak hustle culture karena medsos adalah buruknya kesehatan mental.

Diantara beberapa penyebab generasi muda terjebak hustle culture karena medsos ialah konstruksi sosial, kemajuan teknologi dan toxic positivity

Baca Juga: Virtual Assistant adalah Pekerjaan yang Banyak Dicari Perusahaan Masa Kini, Ini definisi Virtual Assistant Job

"Penyebab menjadi hustle culture ini karena melihat orang lain. Apalagi dengan medsos, orang posting prestasi di medsos jadi mudah membandingkan diri dengan orang lain. Dampaknya ke isu kesehatan mental," ujar Indrayanti melalui keterangan tertulis di Yogyakarta, Rabu, 4 Januari 2023 seperti dikutip INFOTEMANGGUNG.COM dari Antara. 

Belakangan ini, hustle culture adalah salah satu istilah dunia profesional termasuk pendidikan yang sering diperbincangkan oleh para pekerja termasuk di dunia pendidikan. 

Istilah hustle culture mengacu pada budaya kerja di mana karyawan termasuk guru mendorong diri dengan keras untuk mencapai kesuksesan. 

Baca Juga: 5 Pekerjaan yang Paling Dibutuhkan Perusahaan 2023, Para Pencari Kerja Ayo Bersiap

Hustle culture termasuk gaya hidup dimana seseorang harus bekerja terus menerus serta mendorong untuk selalu bekerja tanpa henti kapanpun serta dimanapun hingga melupakan atau mengesampingkan aspek kehidupan lain. 

"Hustle culture itu mindset-nya kita hidup untuk kerja yang lain nanti dulu. Bukan kerja untuk hidup," kata pengajar Fakultas Psikologi UGM ini. 

Indrayanti mengemukakan bahwa seringkali orang tidak menyadari apabila telah terseret di dalam arus hustle culture karena telah menjadi bagian dari kebiasaan sehari-hari. 

Menurut dosen UGM ini, ada ciri-ciri yang bisa dikenali dari hustle culture, salah satunya adalah terus memikirkan pekerjaan di setiap tempat dan waktu dan tempat sehingga terjadi ketidakseimbangan antara kehidupan kerja dan kehidupan pribadi. 

"Ambisius untuk terus aktif sehingga tidak peka dengan sinyal-sinyal dalam tubuhnya hingga saat banyak stresor masuk tubuhnya ambruk, stres, terjadi kelelahan psikologis,” ujar Indrayanti. 

Menurutnya, ada tuntutan pekerjaan yang harus direspons secara profesional dengan kualitas tinggi agar tidak dinilai buruk yang pada akhirnya tidak memiliki waktu untuk diri sendiri atau keluarga. 

"Jadi supaya badannya adjust dulu,” lanjutnya. 

Kondisi itu, menurut Indrayanti, pada akhirnya berkembang menjadi toxic productivity yang dapat terjadi pada siapapun tidak hanya di dunia kerja, tetapi juga di dunia pendidikan. 

"Melihat kondisi kerja yang situasinya pada; akhirnya kepikiran, ada racun di pikiran. Jangan-jangan yang disebut produktif yang harus kerja keras, lembur, dan akan merasa bersalah jika gak kaya gitu," papar dosen UGM ini. 

Baca Juga: Contoh Surat Keterangan Kerja untuk Referensi Saat Melamar Pekerjaan atau Keperluan Lain

Indrayanti mengatakan situasi ini yang dialami tiap-tiap individu kemudian menjadi sebuah fenomena yang terlihat di lingkungan sehingga menjadi sebuah gaya hidup ataupun budaya. 

"Pada akhirnya generasi muda menjadi berpikir tentang produktivitas seperti yang kebanyakan terlihat yakni yang kerja keras dan terus melakukannya supaya tidak merasa tertinggal," ujarnya lagi.

Hasil penelitian fakultas Psikologi UGM bahwa generasi muda terjebak hustle culture karena medsos seharusnya dicermati.***

Editor: Kun Daniel Chandra

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x