Maraknya Fanatisme Relawan Masih Warnai Politik Indonesia, Rocky Gerung: Ini yang Berbahaya

2 Desember 2022, 17:55 WIB
Maraknya Fanatisme Relawan Dinilai Berbahaya oleh Rocky Gerung /YouTube.com / tangkapan layar YouTube Indonesia Lawyers Club/

INFOTEMANGGUNG.COM – Dalam berpolitik, tentu setiap orang berhak memiliki pandangan tertentu dan mendukung tokoh politik tertentu. Hal inilah yang menyebabkan maraknya fanatisme relawan.

Fenomena politik itu diamati oleh Rocky Gerung. Ia merupakan seorang akademisi, pendiri Setara Institute, dan pengamat politik Indonesia.

Menurutnya, fanatisme relawan ini sebenarnya adalah bagian dari antropologi keyakinan Indonesia. Tidak bisa dipisahkan antara kemampuan untuk mengukur potensi seseorang dan dorongan emosi.

Baca Juga: Ganjar Pranowo Susun Skema Investasi Murah Dibalik Ejekan Murahnya UMR Jateng

Rocky Gerung menjelaskan lebih lanjut tentang fenomena fanatisme itu, sebagaimana dilansir dari kanal YouTube Rocky Gerung Official pada 1 Desember 2022.

“Kalau kita ingatkan bahaya (fanatisme) itu, orang akan bilang, ‘Lho kalian pro-Jokowi dong? Anti Anies?’ Jadi, secara tidak terucap, kalau kita kritik Anies lalu mereka anggap kita pro-Jokowi,” kata Rocky.

Padahal, kritikan yang ditujukan kepada pemerintah adalah upaya untuk mendukung pemulihan akal sehat.

Mengingat apa yang terjadi pada Pemilu 2019 lalu, di mana pada akhirnya Prabowo yang kalah pilpres justru masuk ke pemerintahan sebagai menteri. Akhirnya, beberapa pendukung pun marah.

Kemarahan itu adalah bagian dari dorongan emosi di dalam fanatisme relawan. Beberapa relawan masih belum bisa melihat alasan eksplisit tokoh politik mencalonkan diri.

Baca Juga: Tiga Tahun PRMN Bersama dan Bermakna, Teguh dalam Kolaborasi dan Cergas di Jagat Maya

Misalnya saja pada saat Prabowo Subianto beroposisi dengan Jokowi. Tujuannya adalah untuk memperoleh kekuasaan.

“Saya beroposisi dengan Jokowi, Prabowo juga beroposisi. Motif kita beda. Prabowo ingin dapatkan kekuasaan, beropisisi ingin menggantikan Jokowi,” ujar Rocky.

Sementara itu, Rocky beroposisi dengan Jokowi bukan karena ingin menggantikan Jokowi, melainkan ingin supaya Jokowi bertindak benar dalam memimpin pemerintahan.

Ketidakpahaman publik terhadap motif pelaku politik juga bukan tanpa sebab. Salah satu faktornya adalah lantaran pelaku politik tidak mengeksplisitkan motif mereka.

Baca Juga: Jokowi dan Prabowo Kembali Pamer Kemesraan dengan Duduk Satu Mobil, Fotografer Prabowo: Kode Keras!

Kasusnya hampir mirip seperti yang terjadi pada Lanyalla Mattaliti yang dikira akan menjadi semacam pemimpin revolusi. Namun, ketika ia selip sedikit dan seolah-olah pro-Jokowi, orang-orang marah.

“Fanatisme ini yang bahaya sebetulnya. Kalau fanatisme boleh, ya boleh toh nggak ada berhubungan apa-apa dengan masa depan,” ucap Rocky.

Akan tetapi, ketika membahas tentang seseorang yang harus diasingkan dari diskusi yang bersih, maka tidak boleh fanatik.

Jangan anggap ketika tokoh politik yang didukung sebagai calon presiden akan benar-benar menjadi presiden.

Baca Juga: Erick Thohir Kembali Buka Rekrutmen Bersama BUMN, Ada 30 Perusahaan Berpartisipasi, Ayo Segera Daftar

Justru, orang-orang yang vokal mengkritik pejabat itu ingin memberitahukan bahwa jika seorang presiden gagal memenuhi kriteria yang dibuat publik akan membahayakan.

Seorang presiden yang diusung oleh partai tertentu tentu memiliki keberpihakan terhadap partai tersebut.

Hal inilah yang patut diwaspadai dan diminimalisir, sehingga sepatutnya para relawan yang fanatik bisa mengawal jalannya pemerintahan supaya berjalan di koridor yang benar.***

Editor: Jati Kuncoro

Sumber: YouTube Rocky Gerung Official

Tags

Terkini

Terpopuler