Hustle Culture, Budaya Gila Kerja yang Melanda Generasi Muda

- 29 Desember 2022, 12:04 WIB
Hustle Culture, Work
Hustle Culture, Work /Ant Rozetsky/Unsplash

INFOTEMANGGUNG.COM - Hustle culture seolah menjadi budaya gila kerja yang melanda generasi muda saat ini. Keinginan untuk terus produktif agar tidak mengalami ketertinggalan dengan orang lain, menjadikan kaum muda seakan sedang berkompetisi dalam mencapai kesuksesan.

Apa itu Hustle Culture?

Hustle culture adalah standar di masyarakat yang beranggapan bahwa manusia hanya bisa mencapai kesuksesan apabila benar-benar mendedikasikan hidupnya untuk pekerjaan, juga harus bekerja sekeras-kerasnya hingga menempatkan pekerjaan di atas segalanya termasuk kehidupan pribadi.

Baca Juga: Terungkap! Meninggalnya Tunisha Sharma Aktris Bollywood yang Gantung Diri di Lokasi Syuting

Jadi, hustle culture dimaknai sebagai suatu keadaan bekerja terlalu keras untuk mencapai kesuksesan.

Sehingga mendorong diri sendiri untuk melampaui batas kemampuan yang dimiliki, dan terbentuklah hal tersebut menjadi habit atau gaya hidup.

Apa penyebabnya?

Kita tahu bahwa dunia begitu kompetitif, yang mana sebuah produktivitas dijunjung tinggi dan budaya gila kerja cenderung diapresiasi.

Itulah salah satu yang menjadi penyebab adanya fenomena ini. Selain itu, tuntutan sosial baik di kehidupan nyata maupun maya menjadi pemicu yang cukup kuat.

Contohnya sepeti di media sosial. Memperlihatkan kesibukan dan pencapaian kepada orang lain nampaknya sudah menjangkiti orang-orang disegala usia, baik yang muda maupun dewasa.

Bahkan ada sebuah penelitian yang mengatakan, bahwa terdapat 45% pengguna media sosial terbiasa mengunggah postingan tentang betapa sibuknya mereka.

Seperti ketika sedang lembur, dikejar deadline, target, dan lain sebagainya semata untuk menunjukkan bahwa mereka adalah pekerja keras dan berdedikasi.

Baca Juga: Bukan Hanya Home Alone, Inilah 3 Rekomendasi Film Seru untuk Menemani Liburan Anda!

Tentu saja efek bola salju berfungsi mencakup banyak hal, termasuk salah satunya dalam fenomena ini.

Orang-orang di sekitar para penggila kerja akan ikut melakukan hal yang sama karena enggan merasa tertinggal. Kemudian memberi efek bola salju lagi kepada sekitarnya. Begitulah seterusnya.

Penyebab lainnya adalah rasa tanggung jawab dan ambisi yang begitu tinggi dari seseorang. Sebenarnya ini hal yang bagus, tetapi jika sampai memberi efek buruk kepada diri sendiri sepertinya perllu dipertimbangkan kembali.

Apakah hustle culture itu salah?

Apabila ingin menyatakan salah, maka perlu diketahui sebelumnya bahwa ada sejumlah pioneer di dunia ini yang menerapkan hustle culture.

Diantaranya seperti Mark Zuckerberg dan Elon Musk, yang bisa dibilang mereka adalah barometer sukses bagi banyak orang.

Mark Zuckerberg bekerja selama 50 sampai 60 jam dalam satu minggu di Facebook. Elon Musk lebih gila lagi dengan jam kerja rata-rata 120 jam seminggu, yang artinya ia biasa bekerja sebanyak 17 jam setiap hari.

Namun meskipun demikian, banyak juga orang-orang yang mendapatkan efek buruk karena fenomena ini.

Bahkan menurut sebuah penelitian, sedikitnya 55% pekerja di amerika serikat mengaku alami stres akibat pekerjaan.

Jepang, yang kita kenal masyarakatnya gila kerja, menunjukkan angka tiga kali lebih tinggi dari rata-rata negara lain di dunia dengan pekerja yang mengalami gangguan mental, kesehatan, hingga kematian.

Jadi bagaimana menurut Anda, Sobat Belia, apakah hustle culture ini lebih penting ketimbang menjaga kualitas hidup? ***

Editor: Rian Dwi Atmoko

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x