Cerita Rakyat: Selembar Selimut untuk Bayi Cantik, Putri Junjung Buih yang Cantik

- 11 Juni 2022, 20:49 WIB
cerita rakyat tentang putri junjung buih yang cantik
cerita rakyat tentang putri junjung buih yang cantik /Ampah Channel/

InfoTemanggung.com - Di Kalimantan Selatan ada kisah tentang Putri Junjung Buih yang terus menjadi cerita rakyat populer hingga kini. Bahkan legenda rakyat ini masih terus diceritakan secara turun menurun.

Dikisahkan, dalam cerita rakyat ini berdiri Kerajaan Amuntai. Di bawah kepemimpinan dua raja kakak beradik, rakyatnya dapat hidup damai sejahtera.

Baik sanga kakak yaitu Raja Patmaraga serta adiknya Raja Sukmarga, keduanya saling menghargai serta hidup rukun. Sayangnya, kebahagiaan mereka belum lengkap. Sebab keduanya belum dikaruniai anak.

Baca Juga: Cerita Rakyat: Asal Mula Desa Trunyan dan Tradisi Uniknya

Kehadiran putra kembar sangat didambakan oleh Raja Sukmaraga dan istrinya. Setiap hari mereka berdoa. Hingga akhirnya doa tersebut dikabulkan Tuhan, sebab istri Raja Sukmaraga mengandung.

“Semoga anak yang kamu kandung adalah putra kembar yang cakap,” kata Raja Sukmaraga sambil mengelus perut istrinya.

Benar saja, setelah sembilan bulan mengandung, lahirnya putra kembar mereka yang tampan. Berita bahagia ini pun disampaikan kepada kakak dan seluruh rakyatnya.

Sang kakak sangat bahagia atas kelahiran keponakannya, tetapi dia juga sedih. Karena dia juga menginginkan anak. Tidak harus anak laki-laki kembar, anak perempuan pun akan diterima.

Baca Juga: Cerita Rakyat: Awal Mula Munculnya Telaga Biru Galela dan Kandasnya Cinta Sepasang Kekasih

Dalam cerita rakyat ini, Raja Patmaraga berdoa serta memohon petunjuk dari Tuhan. Hingga akhirnya dia memperoleh jawaban lewat mimpi. Dia diminta agar bertapa di luar Kerjaan Amuntai tepatnya di Candi Agung.

Esok harinya segera dia berangkat dengan dikawal beberapa pengawal serta tetua istana yaitu Datuk Pujung. Di Candi Agung, dia bertapa selama beberapa hari. Dia yakin, Tuhan akan mengabulkan doanya.

Dalam cerita rakyat ini dikisahkan Raja Patmaraga pulang dan melewati sungai. Dia terkejut ketika melihat ada bayi perempuan terapun di sungai itu. Dengan hati-hati diangkatlah bayi mungil itu.

Baca Juga: Cerita Rakyat: Putri Raja Penunggu Gunung Rinjani, Penuh Hikmah

“Datuk Pujung, tolong gendong bayi ini," katanya. Dengan sigap, tetua istana mengambil bayi itu.

“Jangan bawa aku dengan keaadan seperti ini. Aku ingin dijemput oleh 40 wanita cantik,” kata bayi itu yang membuat semua orang kaget.

“Sediakan selembar selimut untuku. Namun selimut itu harus ditenun dalam waktu setengah hari. Sebab aku tidak mungkin pergi dalam keadaan telanjang,” tambahnya.

Meskipun masih dalam keadaan kaget, Raja Patmaraga meminta Datuk Pujung kembali ke istana. Slenajutnya sayambara pun diadakan guna mendapatkan selimut dan 40 wanita cantik seperti yang diinginkan oleh bayi itu.

Baca Juga: Cerita Rakyat: Danau Lipan Bukti Kesaktian Putri Aji

“Pengumuman! Saat ini Raja Patmaraga sedang menanti kita! Barangsiapa dalam waktu setengah hari dapat menenun selembar selimut bayi. Maka dia akan dijadikan sebagai pengasuh bayi,” kata Datuk Pujung.

Mendengar hal ini, rakyat gaduh. Mereka saling berbisik menanyakan siapa yang mampu melaksanakan sayembara ini. Semua wanita mulai menenun selimut menggunakan benang terbaik.

Sayangnya, belum ada yang berhasil melakukannya. Datuk Pujung pun hampir putus asa. Hingga akhirnya datanglah seorang wanita.

Baca Juga: Cerita Rakyat: Kisah Kweiya Si Burung Cendrawasih yang Unik

“Tuanku, ini adalah selimut yang saya tenun. Coba periksa terlebih dahulu, apakah selimut ini mampu menyelimuti bayi Raja Patmaraga?,” kata wanita itu.

“Selimut itu sangat indah!" gumam para wanita.

“Siapa namamu? Sepertinya kamu layak menjadi pengasuh bayi raja," kata Datuk Pujung.

“Saya Ratu Kuripan. Merupakan kebahagiaan bagi saya jika saya diperkenankan menjadi pengasuh putri Raja Patmaraga," jawab wanita itu.

Baca Juga: Cerita Rakyat: Pertempuran Antar Saudara Mendatangkan Kutukan di Pulau Mintin

Mereka pun akhirnya berangkat menjemput Raja Patmaraga dan putrinya. Bayi mungil itu pun segera diselimuti.

“Cantik sekali. Aku beri nama kamu Putri Junjung Buih, sebab kamu kutemukan terapung di atas buih-buih," kata Raja Patmaraga.

Sang putri tersenyum, sepertinya dia setuju dengan ucapan Raja. Akhirnya kebahagiaan rakyat Amuntai semakin lengkap dengan kehadiran putra-putri raja. Negeri yang hidup damai ini mengakhiri cerita rakyat kali ini.

Pesan moral yang diberikan dari cerita rakyat ini adalah agar kamu merawat apa yang menjadi milikmu dengan baik. Hal ini sebagai tanda bahwa kita bersyukur atas pemberian Tuhan. Jika menginginkan sesuatu, maka berusahalah hingga terwujud.***

Editor: Siti Juniafi Maulidiyah

Sumber: dongengceritarakyat.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah