Mengenal Sadranan, Tradisi Khas Temanggung Tuk Mengenang Nyi Nondo

- 28 Desember 2022, 21:20 WIB
Sadranan, tradisi asal Temanggung
Sadranan, tradisi asal Temanggung /republika/

INFOTEMANGGUNG.COM - Indonesia memiliki beragam budaya dan tradisi, tak terkecuali Kabupaten Temanggung.

Kabupaten yang terletak di sebuah lereng gunung Provinsi Jawa Tengah ini memiliki cara unik untuk mengucap rasa syukur sekaligus menghormati para leluhur masyarakat setempat.

Hal tersebut menciptakan suatu tradisi turun-menurun yang dikenal dengan nama Sadranan. Sadranan merupakan upacara ritual yang diselenggarakan setahun sekali di setiap hari Jumat Pahing bulan Ruwah.

Tepatnya, upacara ritual ini biasa diadakan pada awal bulan Agustus di setiap tahunnya. Sadranan diadakan di desa Jetis, Kecamatan Selopampang, Kabupaten Temanggung.

Baca Juga: Petani Temanggung Ekspor Kopi 56 Ton ke Timur Tengah, Pengiriman Dilakukan secara Bertahap

Sesepuh desa Jetis, Mukidi yang juga menjabat sebagai Kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat (Kaur Kesra) menjelaskan tradisi ini sudah berlangsung sejak dahulu kala.

Upacara yang diikuti ratusan warga desa ini diisi dengan kegiatan mengunjungi makam leluhur dan tempat-tempat keramat untuk memberikan doa kepada leluhur yang pada masa hidupnya dianggap berjasa telah merintis keberadaan desa.

Leluhur yang diyakini sebagai perintis desa merupakan seorang wanita yang dikenal dengan Nyi Nondo.

Selain itu, upacara Sadranan juga dimaksudkan sebagai ungkapan rasa syukur atas limpahan rejeki dari Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkah, rejeki, keselamatan, serta ketentraman desa.

Hal tersebut dilambangkan dengan arak-arakan warga dengan membawa 'Tumpeng Agung'.

Baca Juga: Gelaran Peragaan Busana Pengantin Tradisional di Temanggung, Anak Muda Jangan Lupakan Warisan Budaya

Tumpeng Agung berisi uang kertas, beragam hasil bumi, serta aneka masakan yang merupakan bukti bahwa tanah desa yang berada di lereng gunung ini memiliki kesuburan yang patut disyukuri.

Setelah kegiatan arak-arakan Tumpeng Agung, upacara dilanjut dengan membaca tahlilan di komplek pemakaman. 

Seluruh peserta upacara dengan penuh khidmat  dan khusyuk duduk berjajar mengikuti seluruh prosesi ritual yang dipimpin oleh ulama desa.

Selesai berdoa memohon keselamatan dan kelimpahan rejeki dari yang Maha Kuasa,  Tumpeng Agung yang mereka bawa kemudian dinikmati bersama sebagai ungkapan rasa syukur.

Nasi tenong dan ingkung ayam menjadi masakan khas yang selalu ada pada upacara Sadranan. Masakan tersebut biasa dimasak dengan gotong royong oleh warga. Di setiap tahunnya, jumlah masakan tersebut bisa mencapai 500 buah.

Menurut Mukidi, tidak hanya warga desa Jetis saja yang ikut hadir dalam tradisi ini, warga desa lain yang memiliki leluhur di Jetis pun ikut menghadiri sembari membawa nasi bucung tenong, ingkung ayam, dan aneka jajanan tradisioal. 

Sementara warga menikmati pesta makanan, beberapa warga yang ditunjuk sebagai panitia  mengambil potongan nasi bucung, sebagian lauk pauk, serta jajanan untuk dikumpulkan yang kemudian dikemas dalam ratusan kantong plastik untuk dibagikan kepada seluruh warga dan tamu undangan sebagai nasi berkat.***

Editor: Siti Juniafi Maulidiyah

Sumber: Dewimawa Blogspot


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah