Baca Juga: Menggali Potensi Google Bard dalam Pendidikan: Transformasi Pembelajaran di Era Digital
Beberapa tokoh terkemuka dalam pendekatan klasik ini antara lain Frederick Taylor, Henri Fayol, dan Max Weber.
Frederick Taylor dan Ilmiah Manajemen: Frederick Taylor, dengan karyanya "Prinsip-prinsip Ilmiah Manajemen" (1911), menekankan pada pentingnya peningkatan produktivitas melalui penelitian ilmiah dan analisis pekerjaan. Pendekatan Taylorisme menekankan pada pemisahan tugas, standarisasi proses, dan insentif berbasis kinerja.
Henri Fayol dan Fungsionalisme: Henri Fayol, dalam karyanya "Administrasi Industri dan Umum" (1916), menekankan pada fungsi-fungsi dasar manajemen, seperti perencanaan, organisasi, komando, koordinasi, dan pengendalian.
Pendekatannya menekankan pada prinsip-prinsip administratif yang universal dan struktur organisasi yang jelas.
Max Weber dan Birokrasi: Max Weber, dengan konsepnya tentang "burokrasi" (1947), menyoroti pentingnya struktur organisasi yang rasional, hierarkis, dan terkontrol. Weber menekankan pada kebutuhan akan aturan, prosedur, dan keputusan yang rasional untuk mencapai efisiensi dan konsistensi dalam pengelolaan organisasi.
Latar Belakang Munculnya Pendekatan Neoklasik
Pendekatan neoklasik muncul sebagai tanggapan terhadap kritik terhadap pendekatan klasik yang terlalu mekanistik dan tidak memperhitungkan faktor manusia dalam organisasi. Neoklasik menggabungkan konsep-konsep dari pendekatan klasik dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang perilaku individu dan kelompok dalam organisasi.
Teori Manajemen Manusia: Teori Manajemen Manusia, yang dipelopori oleh Elton Mayo melalui eksperimen Hawthorne pada tahun 1920-an, menekankan pentingnya faktor-faktor psikologis dan sosial dalam produktivitas dan motivasi karyawan.
Mayo menunjukkan bahwa faktor-faktor seperti kepuasan kerja, hubungan sosial, dan perasaan dihargai memiliki dampak signifikan pada kinerja karyawan.