Konsekuensi Identitas Sosial: Eksklusi dan Inklusi
Identitas dipakai menjadi dasar seseorang guna mengikatkan dirinya pada suatu komunitas atau kelompok. Ikatan ini memunculkan kedekatan dengan orang-orang yang memiliki kesamaan identitas
Kelompok membuka diri bagi individu-individu yang memiliki identitas yang sama. Yang dinamakan watak inklusif adalah proses membuka diri terhadap individu yang memiliki kesamaan identita.
Ikatan-ikatan ini membuat perbedaan antar kelompok yang melahirkan perasaan serta keinginan membedakan satu di antara yang lain. Dorongan untuk membedakan diri dengan orang lain dapat memicu pemikiran superioritas.
Dorongan semacam ini membuat suatu kelompok merasa paling unggul atau paling benar, dan kelompok lain lebih rendah atau salah. Di titik ini sesungguhnya kelompok ini jadi eksklusif dengan membatasi dirinya dengan kelompok lain.
Eksklusifitas rawan menyinggung pihak lain yang tidak memiliki paham yang sama. Pemikiran ini bisa memicu ketegangan antar pihak yang bisa berujung konflik sosial.
Indonesia memiliki keragaman identitas yang seharusnya dipandang sebagai kekayaan di mana kekayaan. Keragaman identitas bisa menjadi kekuatan bangsa di dalam menatap masa depan yang lebih baik.
Karena alasan itu dibutuhkan kemampuan bagi setiap kelompok anak bangsa di dalam mengembangkan karakter inklusifnya.
Inilah rangkuman Identitas Sosial ini terdapat dalam buku teks IPS Sosiologi Tema 2 Kelas 10 SMA, diambil dari Buku Materi IPS Sosiologi untuk Kelas 10 SMA yang diterbitkan oleh Pusat Perbukuan Kemdikbudristek.***