Rangkuman Identitas Sosial IPS Sosiologi Tema 2 Kelas 10 SMA Pelajari Pembentukan Identitas

- 27 Januari 2023, 11:35 WIB
Ilustrasi identitas. Rangkuman Identitas Sosial IPS Sosiologi Tema 2 Kelas 10 SMA Pelajari Pembentukan Identitas
Ilustrasi identitas. Rangkuman Identitas Sosial IPS Sosiologi Tema 2 Kelas 10 SMA Pelajari Pembentukan Identitas /Pixabay/mohamed_hassan/

INFOTEMANGGUNG.COM - Identitas Sosial menjadi suatu materi yang wajib dipelajari di dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial atau IPS Sosiologi Tema 2 kelas 10 SMA. Kita akan belajar tentang pembentukan identitas.

Rangkuman Identitas Sosial ini terdapat dalam buku teks IPS Sosiologi Tema 2 Kelas 10 SMA. Buku teks ini digunakan oleh guru dan siswa Kelas 10 SMA jurusan IPS.

Di bawah ini ialah  resume atau rangkuman Identitas Sosial IPS Sosiologi Tema 2 Kelas 10 SMA yang diterbitkan oleh Pusat Perbukuan Kemdikbudristek.

Jika kita melihat KBBI, kata identitas mempunyai arti “ciri-ciri, keadaan khusus seseorang, atau juga jati diri.”

Pada Kamus Merriam-Webster definisi identitas artnya lebih dalam yakni sebagai kesamaan ciri-ciri antar beberapa manusia serta ciri-ciri yang membedakan manusia yang satu dengan yang lain.

Bisa dikatakan merupakan ciri-ciri yang melekat dan tertanam dalam diri setiap manusia.

Baca Juga: Kunci Jawaban PKN Kelas 10 Halaman 159, Tugas Mandiri 5.6 Upaya Menjaga Keutuhan NKRI

Umumnya, identitas dilekatkan pada ciri yang bersifat alamiah antara lain jenis kelamin ataupun identitas berbasis genetik seperti ras. Identitas dari ciri alamiah biasanya lebih mudah dikenali secara fisik.

Identitas bisa pula dikaitkan degan ciri-ciri seperti gaya hidup, keyakinan, dan ideologi contohnya identitas dengan basis agama dan suku/ etnis.

Identitas berbasi agama dan suku/ etnis bisa diamati lewat praktik-praktik kehidupan sosial seseorang, misalnya praktik beribadah atau tradisi yang dirawat serta diwariskan suku-suku yang ada.

Ada juga kebiasaan menambahkan nama marga atau nama keluarga pada keturunan dari suku/marga tersebut.

Gagasan mengenai identitas berkembang tidak hanya berbasis Suku, Agama, Ras dan Antargolongan (SARA) tetapi bisa pula dikaitkan dengan ciri-ciri seperti gaya hidup, keyakinan, bahkan orientasi seksual.

Pada gaya hidup identitas ditemukan pada kebiasaan makan yang melahirkan identitas vegan yang tidak memakan daging atau disebut vegetarian atau bagi kamu yang menjadi fans drama Korea biasanya teridentifikasi sebagai anggota dari suatu fans klub.

Keyakinan atau ideologi bisa pula menjadi dasar identitas seperti sosialis, komunis, penganut liberal, dan sebagainya. Singkatnya identitas ialah cerminan diri yang asalnya dari gender, tradisi, etnis serta proses sosialisasi.

Pembentukan Identitas

Manusia sebagai mahluk yang berpikir seperti kata Aristoteles. Sebagai mahluk berpikir, manusia menyadari keberadaan mahluk yang lain.

Ketika berpikir, manusia mempertanyakan keberadaan atau eksistensi dirinya. Lalu manusia menjadi mahkluk yang terus menerus mencari identitas dirinya sendiri. Kondisi seperti ini tidak terjadi pada mahkluk-mahkluk lainnya.

Baca Juga: Kunci Jawaban Bahasa Inggris Kelas 10 Halaman 118, Lets Make a List, Graffiti is Art and Vandalism (Terjemahan

Identitas lantas dipahami sebagai kesadaran tentang konsep diri. Konsep diri ini integrasi gambaran diri yang dibayangkan sendiri dan yang diterima dari orang lain tentang apa dan siapa dirinya, serta peran apa yang dapat dilakukan dalam kaitan dengan diri sendiri serta orang lain.

Menurut Stuart Hall (1990), pembentukan identitas dapat dilihat dari 2 cara pandang yaitu:

1. Identitas sebagai wujud (identity as being)

 Identitas sebagai wujud ditempatkan sebagai ciri-ciri yang terbentuk. Identitas ini diterima sebagai sesuatu yang tidak perlu dipertanyakan lagi oleh para penyandangnya.

Sudut pandang ini lebih melihat ciri fisik guna mengidentifikasi mereka sebagai suatu kelompok.

Ciri-ciri ini melekat semenjak dari awal permulaan, terbentuk secara alamiah atau dengan sendirinya.

Suatu ciri yang dimiliki bersama serta berada dalam diri banyak orang di mana mereka dipersatukan oleh kesamaan genetik, sejarah, ikatan darah, dan leluhur.

2. Identitas sebagai proses menjadi (identity as becaming)

Cara pandang kedua, memahami identitas sebagai ciri-ciri yang dibentuk lewat proses sosial. Identitas sebagai “proses menjadi”, mengandaikan ciri-ciri tidak bersifat alamiah tetapi dibentuk secara sosial.

Ciri-ciri ini ditanamkan baik secara individual maupun kelompok melalui proses-proses sosialisasi.

Di tingkat kelompok identitas semacam ini mewujud pada kesamaan ide, gagasan, nilai, kebiasaan-kebiasaan baru yang menghasilkan praktik-praktik kehidupan sosial yang baru, oleh sebab itu,  tidak dikenali dari ciri-ciri lahiriah.

Pembentukan identitas  terkait pula hubungan relasi antara identitas  diri dan identitas sosial. Menurut pakar psiko sosila  Eric Fromm (1947),  identitas diri dapat dibedakan antara satu individu dengan lainnya.

Walau demikian identitas  diri tidak bisa dilepaskan dari identitas sosial individu di konteks komunitasnya. Manusia sebagai makhluk individual sekaligus juga menjadi mahkluk sosial.

Dalam membangun identitas diri, manusia tidak bisa mengabaikan diri dari norma yang mengikat semua warga di mana ia hidup. Identitas itu juga menentukan peran sodial apa yang seharusnya dijalankan dalam masyarakat.

Konsekuensi Identitas Sosial: Eksklusi dan Inklusi

Identitas dipakai menjadi dasar seseorang guna mengikatkan dirinya pada suatu komunitas atau kelompok. Ikatan ini memunculkan kedekatan dengan orang-orang yang memiliki kesamaan identitas

Kelompok membuka diri bagi individu-individu yang memiliki identitas yang sama. Yang dinamakan watak inklusif adalah proses membuka diri terhadap individu yang memiliki kesamaan identita.

Ikatan-ikatan ini  membuat perbedaan antar kelompok yang  melahirkan perasaan serta keinginan membedakan satu di antara yang lain. Dorongan untuk membedakan diri dengan orang lain dapat memicu pemikiran superioritas.

Dorongan semacam ini membuat suatu kelompok merasa paling unggul atau paling benar, dan  kelompok lain lebih rendah atau salah. Di titik ini sesungguhnya kelompok ini jadi eksklusif dengan membatasi dirinya dengan kelompok lain.

Baca Juga: Kunci Jawaban Bahasa Inggris Kelas 10 Halaman 112-113, Lets Answer:Expository Text About Graffiti (Terjemahan)

Eksklusifitas rawan menyinggung pihak lain yang tidak memiliki paham yang sama. Pemikiran ini bisa memicu ketegangan antar pihak yang bisa berujung konflik sosial.

Indonesia memiliki keragaman identitas yang seharusnya dipandang sebagai kekayaan  di mana kekayaan. Keragaman identitas bisa menjadi kekuatan bangsa di dalam menatap masa depan yang lebih baik.

Karena alasan itu dibutuhkan kemampuan bagi setiap kelompok anak bangsa di dalam mengembangkan karakter inklusifnya.

Inilah rangkuman Identitas Sosial ini terdapat dalam buku teks IPS Sosiologi Tema 2 Kelas 10 SMA,  diambil dari Buku Materi IPS Sosiologi untuk  Kelas 10 SMA yang diterbitkan oleh Pusat Perbukuan Kemdikbudristek.***

Editor: Rian Dwi Atmoko

Sumber: Buku.kemdikbud.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah