Proses konseling haruslah bersifat dinamis. Tujuan adanya proses konseling adalah perubahan diri peserta didik agar menjadi lebih baik. Perubahan tersebut bukan hanya mengulang sesuatu yang lama dan monoton, melainkan perubahan menuju sesuatu yang baru, lebih maju dan sesuai dengan perkembangan yang peserta didik dan konselor hendaki.
8. Asas Keterpaduan
Konselor diharapkan mampu bekerja sama dengan orang-orang yang sekiranya dapat membantu penyelesaian masalah peserta didik. Dalam hal ini peranan guru, orang tua, dan peserta didik lain sering kali sangat menentukan tercapainya tujuan konseling.
9. Asas Kenomartifan
Dalam proses konseling yang dijalankan haruslah sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Konselor maupun peserta didik sama-sama tidak boleh menyalahi aturan dan norma yang berlaku.
10. Asas Keahlian
Demi tercapainya konseling, maka pelaksana konseling harus benar-benar ahli dibidangnya. Pendidikan, keahlian, sikap dan sifat konselor harus sesuai dan harus bisa mendukung tercapainya tujuan konseling
11. Asas Alih Tangan
Jika memang permasalahan peserta didik tidak mampu diselesaikan langsung oleh konselor atau guru BK, maka dalam hal ini guru BK wajib menyerahkan kasus tersebut ke pihak yang lebih memadai dan lebih ahli.
12. Asas Tut Wuri Handayani