Pacu Kude, Bagian Penting dalam Perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia di Aceh

14 Agustus 2023, 10:26 WIB
Pacu kude, salah satu tradisi di Aceh yang selalu ada dalam perayaan kemerdekaan Indonesia. /Instagram @Potretgayo/

INFOTEMANGGUNG.COM - Di Aceh, ada satu tradisi yang menjulang sebagai simbol perjuangan dan semangat meraih kemerdekaan: Pacu Kude.Secara harfiah berarti balapan kuda.

Pacu Kude telah menjadi bagian dari warisan budaya Aceh. Pada zaman kolonial Belanda, permainan ini muncul sebagai ajang hiburan setelah panen yang meriah.

Namun, setelah Indonesia mencapai kemerdekaannya pada tahun 1956, tradisi ini mendapatkan pengakuan resmi dari pemerintah setempat.

Baca Juga: Contoh Sambutan Ketua Pelaksana di Upacara 17 Agustus, Memperingati HUT Kemerdekaan Republik Indonesia

Lebih dari sekadar hiburan, Pacu Kude kini memiliki makna yang mendalam bagi masyarakat Aceh. 

Tradisi ini menjadi simbol perjuangan dan tekad tak kenal menyerah dalam meraih kemerdekaan dari penjajahan. 

Setiap langkah kuda yang berlari dengan kecepatan dan semangat yang menggebu, mengingatkan masyarakat Aceh akan perjuangan berdarah-darah mereka yang berujung pada kemerdekaan yang mereka nikmati hari ini.

Pacu Kude bukan hanya sekadar permainan rakyat, tetapi juga sebuah tontonan spektakuler yang mampu membangkitkan semangat nasionalisme dan mengenang jejak sejarah. 

Seiring berjalannya waktu, Pacu Kude tetap menjadi bagian penting dalam perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia.

Namun ada versi lain yang mengungkap sejarah dari pacu kude.

Baca Juga: Telok Abang, Simbol Keberanian dan Kreativitas dalam Merayakan Kemerdekaan di Palembang

Pacu Kude dalam Berbagai Versi

Catatan Sejarah oleh Piet Rusydi

Menurut catatan sejarah yang diuraikan oleh Piet Rusydi, Pacu Kude pertama kali muncul sebagai permainan iseng para pemuda setelah masa panen padi di wilayah Bintang pada tahun 1930-an. 

Kuda-kuda liar yang ditangkap pasca panen kemudian diperlombakan. Tradisi ini tumbuh menjadi acara tetap, melibatkan kuda-kuda yang ditunggangi oleh joki-joki dari berbagai kampung.

Baca Juga: Jadwal Pelaksanaan Seleksi CPNS Tahun 2023, Simak Agar Kalian Paham dan Tidak Ketinggalan Informasi

Perdebatan Saat Penjajahan Jepang

Saat masa penjajahan Jepang di Aceh Tengah, even Pacu Kude menjadi perdebatan. Sejumlah narasi menyatakan bahwa meskipun dalam kondisi sulit akibat penjajahan, tradisi Pacu Kude tetap berlangsung. 

Mantan Juru Penerang Kabupaten Aceh Tengah, Abd. Majid, mengisahkan adanya even Pacu Kuda pada masa itu. 

Namun, versi lain menyebutkan bahwa acara ini tidak pernah diselenggarakan karena tentara Jepang mengambil alih kepemilikan kuda untuk transportasi mereka.

Versi Mada Pra Kemerdekaan 

Baca Juga: Sebanyak 61 Kementrian dan Lembaga Buka Formasi Rekrutmen CPNS 2023, Berikut ini Daftar Lengkapnya

Pada masa pra kemerdekaan, Pacu Kude terbagi menjadi tiga kelas perlombaan, yaitu kuda muda (usia 2-4 tahun), kuda dewasa (4-6 tahun), dan kuda tua (di atas 6 tahun) baik jantan maupun betina. 

Lintasan pacu memiliki jarak yang bervariasi, mulai dari satu keliling lapangan Musara Alun (sekitar 1 kilometer) untuk kuda muda, dua keliling untuk kuda dewasa, hingga tiga kali keliling untuk kuda tua.

Meski banyak versi dan cerita yang beredar, Pacu Kude menjadi cerminan perjuangan dan semangat dalam menjaga tradisi, meskipun dalam situasi sulit sekalipun.

 Tradisi ini tetap mengingatkan masyarakat Aceh akan kisah-kisah bersejarah yang mengantarkan mereka pada kemerdekaan yang mereka nikmati saat ini.***

Editor: Kun Daniel Chandra

Sumber: kemenparekraf.go.id

Tags

Terkini

Terpopuler