Rocky Gerung Sebut Gibran Tak Cocok Jadi Walikota Solo, Katanya: Ini Bukti Kegagalan Kaderisasi Partai

5 Desember 2022, 08:43 WIB
Rocky Gerung menilai Gibran tidak cocok jadi walikota Solo /

INFOTEMANGGUNG.COM- Pengamat politik, Rocky Gerung mengatakan bahwa Gibran Rakabuming Raka tidak cocok menjadi walikota Solo.

Rocky menyebut bahwa Gibran lebih cocok menjadi pengusaha saja. hal tersebut disampaikan langsung oleh Rocky Gerung sebagaimana diansir oleh INFOTEMANGGUNG.COM dari kanal YouTube Rocky Gerung Official pada Senin, 5 November 2022.

“Gibran itu sebetulnya lebih cocok jadi pengusaha daripada jadi walikota di Solo. Karena gak cocok tuh kira-kira mental untuk menjadi walikota yang sebetulnya juga dipaksakan,” ujarnya.

Baca Juga: Kritisi Munculnya ‘Fenomena Anies’ di Partai Politik, Ini Kata Rocky Gerung  

Diketahui sebelumnya bahwa Gibran bukanlah kader dari partai PDIP namun akhirnya dipaksakan menjadi walikota Solo yang menyebabkan kader-kader lain yang ada dalam partai menjadi tersingkir.

Menurut Rocky, terjadinya hal ini merupakan kesalahan dari Megawati selaku ketua umum partai PDIP.

“Itu salahnya Megawati, kenapa mengiyakan kan? karena ibu Megawati punya kemampuan untuk (mengatakan) nggak Gibran itu bukan anggota partai,” jelas Rocky.

Baca Juga: Jokowi Ketakutan, Megawati dan PDIP Bakal Usung Anies Baswedan di Capres 2024 Kata Rocky Gerung

Secara konvensional rekrutmen calon pemimpin harusnya datang dari dalam partai yaitu kader-kader yang sudah mengikuti pasang surut perubahan dalam partai.

Namun hal tersebut tampaknya tidak terjadi pada pemilihan Gibran sebagai walikota Solo. sebab menurut Rocky, Megawati memiliki pragmatism tersendiri.

"Bu Mega punya pragmatism untuk tukar tambah tuh,” kata Rocky.

Fenomena semacam ini ternyata tidak hanya terjadi pada Gibran saja. bahkan presiden Joko Widodo juga sebelumnya bukanlah tokoh dari dalam partai yang kemudian diadopsi oleh PDIP.

Baca Juga: Tekankan Kultur PDIP, Megawati: Tidak Pernah Turun ke Bawah, Jangan Pernah Jadi Anggota Dewan Lagi!

Rocky menilai bahwa fenomena semacam ini merupakan bukti dari kegagalan kaderisasi yang dilakukan oleh partai politik. Seorang yang dipilih sebagai calon pemimpin seharusnya adalah seorang kader yang matang.

Namun keberadaan kader-kader tersebut justru tersingkirkan oleh tokoh dari luar partai yang dianggap memiliki privilege tersendiri.

“Bukan itu politik, politik itu adalah pengetahuan tentang keadaan riil masyarakat dan dialami sendiri bukan sekedar diceritakan,” jelasnya.

Baca Juga: Dorong PDIP Perjuangkan Puan Maharani, Rocky Gerung: Harus Fight Besarkan Elektabilitas!

Keberadaan tokoh lain di luar partai yang kemudian menyingkirkan kader-kader yang sudah terlebih dahulu ada di dalam partai merupakan praktik yang kurang sehat menunjukkan adanya kejanggalan.

“Yang tidak sehat ini kaya lompat aja disitu, tiba-tiba jadi seseorang,” kata Rocky.

Bahkan Rocky menilai bahwa fenomena mengindikasikan bahwa bisa jadi kader-kader yang sudah ada di dalam partai tersingkirkan oleh orang-orang yang dianggap memiliki kedekatan khusus dengan ketua partai.

Baca Juga: Erick Thohir Disebut Mampu Gaet Suara Milenial di Pilpres 2024, Akademisi: Bisa Lebih DIterima Anak Muda

“Ada tokoh tapi karena kurang dekat dengan ketua umum lalu nomor urutnya disingkirkan. Kan banyak kasus itu kan, yang sudah berjuang dari bawah sebagai kader tiba-tiba di by pass oleh orang yang baru datang karena bawa amplop lebih banyak,” jelasnya.

Hal ini juga menunjukkan adanya ketidakjujuran di dalam partai dan antar partai.***

Editor: Siti Juniafi Maulidiyah

Sumber: YouTube Rocky Gerung Official

Tags

Terkini

Terpopuler