Cerita Rakyat Jambi: Nama Tebat Gelang, dan Tebat Jambi karena Kekecewaan Seorang Ibu

2 Juli 2022, 19:35 WIB
Cerita Rakyat Jambi mengenai nama Tebat Gelang dan Tebat Jambi yang terbentuk karena kekecewaan sang ibu akan kedurhakaan putrinya /Youtube/

INFOTEMANGGUNG.COM - Tempat cerita rakyat ini terjadi di kerajaan puncak tiga kaum. Kerajaan tersebut dipimpin oleh tiga bersaudara yaitu, Pamuncak Rencong Talang, Pamuncak Tanjung Sari, dan Pamuncak Koto Tapus.

Hal menarik yang ada pada kerajaan ini adalah jika ada suatu daerah yang menghasilkan panen berlimpah mereka akan mengadakan syukuran. Orang-orang menyebutnya upacara kenduri Kenuhei Sudeah Nuea dan dilaksanakan selama tiga hari berturut-turut.

Hari pertama khusus untuk tamu luar daerah, hari kedua untuk keluarga, dan hari ketiga untuk anak-anak muda.Kali ini wilayah Pamuncak Rencong Talang yang mengadakannya.

Baca Juga: Cerita Rakyat Kebumen: Asal Muasal Gunung Wurung, Penuh Pesan Moral Kehidupan

Dikatakan dalam cerita rakyat bahwa acara ini diselenggarakan benar-benar semalaman suntuk dan sangat meriah. Hingga di hari ketiga saat anak-anak muda termasuk putri dari Pamuncak Tanjung Sari pun ikut memeriahkan diantar oleh ibunya.

Acara tersebut berlangsung hingga pagi dan pagi itu ibunya menjemput putrinya itu untuk mengajaknya pulang. Ada anak muda yang menanyakan “siapa wanita tua itu?” dan putri pun menjawab “ia hanya pembantuku,”

Mendengar hal itu si ibu sakit hati akan tetapi masih menahan amarahnya. Saat perjalanan pulang ibu dan putri tersebut ternyata berbarengan dengan dua anak laki-laki muda yang ada di pesta tersebut.

Baca Juga: Cerita Rakyat Kepulauan Riau: Kisah Dayang Kumunah yang Menjadi Ikan Patin

Saat mereka beristirahat sejenak, salah satu anak muda itu menanyakan lagi sebenarnya siapa orang tua itu. Putrinya pun menjawab lagi bahwa dia adalah pembantu. Mendengar hal itu ibunya pun berdoa agar putrinya diberikan hukuman.

Saat melewati rawa, si putri terjerembab dan ia meminta tolong sambil berteriak-teriak “Ibu… Ibu… tolong aku.” Mendengar hal itu ibunya membiarkan si putri dan berkata “tadi kau bilang aku adalah pembantumu.”

Putrinya pun menangis dan meminta maaf. Ibunya pun mendekatinya dan ia hanya mengambil gelang dan kain songket putrinya saja dan langsung pergi pulang ke rumah. Kekecewaannya sudah tak terbendung.

Baca Juga: Cerita Rakyat Banten: Pande Gelang dan Putri Cadasari Membuktikan Kalau Jodoh Pasti Bertemu Kembali

Diperjalanan ibunya merasa haus dan pergi ke sebuah tebat (kolam) untuk minum. Disana kalung putrinya terjatuh dan ia kembali teringat putrinya itu. Sehingga, kalung itu dibuang ke dalam tebat.

Tebat itu pun dinamakan tebat gelang. Selanjutnya si ibu melanjutkan perjalanannya lagi dan menemukan tebat lainnya. Ia pun ingin mengisi ulang air nya dan ketika itu kain songket milik putrinya jatuh.

Si ibu pun membuang songket itu ke dalam tebat. Sehingga, tebat itu dinamakan tebat Jambi, karena kain songket merupakan kain khas Jambi. Akhir dari cerita rakyat ini pun si Ibu melupakan dan memaafkan putri durhakanya.***

Editor: Siti Juniafi Maulidiyah

Sumber: kumpulancerita2607.blogspot.com

Tags

Terkini

Terpopuler