100 Orang Lebih Meninggal, Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang Jadi Tragedi Bola Paling Kelam di Indonesia

- 2 Oktober 2022, 19:16 WIB
Jumlah korban jiwa saat kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang jadi yang terbanyak kedua pada tragedi sepak bola di dunia dalam 50 tahun terakhir. Berikut informasi lengkapnya.
Jumlah korban jiwa saat kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang jadi yang terbanyak kedua pada tragedi sepak bola di dunia dalam 50 tahun terakhir. Berikut informasi lengkapnya. /ANTARA FOTO/Zabur Karuru/foc

INFOTEMANGGUNG.COM - Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang pasca pertandingan antara Arema vs Persebaya pada Sabtu, 1 Oktober 2022 kemarin mendapat sorotan dunia.

Hal ini karena pada kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang tersebut, tercatat sebanyak lebih dari seratus lima puluh orang menjadi korban jiwa.

Jelas ini sangat miris, lantaran pertandingan yang seharusnya menjadi ajang persahabatan dan saling sportif justru menjadi petaka bersama.

Baca Juga: Gunakan Gas Air Mata saat Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang, Dede: Polisi Langgar Kode Etik Keamanan FIFA

Ternyata, jika ditilik dari sejarah, selama kurun waktu 50 tahun terakhir, kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang kemarin menjadi tragedi sepak bola dengan korban jiwa terbanyak kedua di dunia.

Tragedi yang lebih besar sebelumnya pernah terjadi di Peru pada tahun 1964. Tepatnya pada saat pertandingan laga yang mempertemukan tuan rumah Peru dan Argentina di Stadion Nasional, Lima.

Sungguh mengerikan, pada tragedi itu ada sekitar 326 orang meninggal dunia karena pada saat polisi menghalau kerusuhan, penonton panik dan berusaha berlari keluar.

Baca Juga: Polisi Menembakkan Gas Air Mata pada Tragedi Kanjuruhan, Kapolda Jatim: Sudah Diberi Imbauan tapi Tak Digubris

Sayangnya, pintu stadion belum terbuka sehingga saling berdesakan dan terjatuh, sehingga banyak yang meninggal karena terinjak-injak.

Ini seperti terulang pada kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang kemarin, di mana awalnya aparat berusaha untuk meredam kerusuhan yang terjadi dengan memberikan gas air mata.

Namun naas, tindakan tersebut justru menimbulkan bahaya dan mengakibatkan sebanyak lebih dari 150 orang meninggal dunia.

Tidak jauh berbeda, upaya meredam kerusuhan dengan gas air mata juga pernah dilakukan oleh aparat Ghana.

Baca Juga: Imbas Tragedi Kanjuruhan, PSSI Hentikan Liga 1 Selama Sepekan dan Larang Arema Jadi Tuan Rumah

Itu terjadi di Stadion Accra, Ghana, saat Heart of Oak dan juga Kotoko dipertandingkan pada tahun 2001 silam.

Mulanya, keadaan cukup kondusif ketika Kotoko mencetak keunggulan sementara atas Heart of Oak di menit-menit awal pertandingan. Sampai kemudian Heart of Oak berhasil mengejar dan membalikkan keadaan.

Kejadian ini membuat fans dari Kotoko tidak terima dan melakukan tindakan anarkis, sampai terjadilah kerusuhan besar. Aparat pun mencoba meredamnya dengan menembakkan gas air mata.

Baca Juga: Tragedi Kanjuruhan Malang, Korban Selamat Ungkap Suasana Mencekam di Stadion

Sontak, ini membuat para pendukung mencoba keluar dari stadion dan saling berdesakan, sampai menewaskan sekitar 126 orang. Kerusuhan tersebut pun menjadi yang terparah ketiga di dunia selama 50 tahun belakangan.

Selanjutnya, Inggris dan Nepal pun juga mempunyai pengalaman buruk soal kerusuhan dengan jumlah korban jiwa terbanyak di dunia.

Kerusuhan terbesar di Inggis pernah terjadi di tahun 1989. Kala itu, berlangsung laga antara Liverpool dan Notthingham Forest, yang menyedot antusiasme pecinta bola Inggris.

Baca Juga: Kronologi Tragedi Kanjuruhan 1 Oktober 2022, Terkini 127 Orang Dinyatakan Meninggal Dunia

Saking antusiasnya membuat stadion penuh dan penonton saling berdesakan sampai ada korban jiwa sebanyak 96 orang, dan tercatat sebagai yang terburuk keempat di dunia.

Sedangkan untuk Nepal menempati urutan kelima dengan kerusuhan yang menelan korban sebanyak 93 orang.

Itu terjadi badai salju di tengah pertandingan Janakpur Cigarette Factory kontra Liberation Army of Bangladesh pada tahun 1989 yang membuat penonton berebut menuju pintu keluar.

Akibatnya, penonton saling berimpitan dan banyak yang jatuh dan terinjak sampai menjadi korban jiwa.

Itulah tadi deretan tragedi lain yang sama memilukannya dengan apa yang terjadi pada kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang. Ini seolah menjadi pengingat masing-masing pihak untuk introspeksi, supaya tragedi serupa tidak terjadi kembali.***

Editor: Septyna Feby


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah