Saat Teduh Mazmur 42: Kerinduan dan Pengharapan Besar Kepada Allah

- 27 April 2024, 09:02 WIB
Saat Teduh Mazmur 42: Kerinduan dan Pengharapan Besar Kepada Allah
Saat Teduh Mazmur 42: Kerinduan dan Pengharapan Besar Kepada Allah /pixabay @roszie/

INFOTEMANGGUNG.COM - Mazmur 42 adalah salah satu mazmur dalam Kitab Mazmur di Alkitab. Mazmur ini dianggap sebagai doa yang dipanjatkan oleh seseorang yang merindukan Tuhan, merasa kesepian, dan berharap akan pertolongan-Nya.

Hari ini kita mendapatkan Saat Teduh Mazmur 42: Kerinduan dan Pengharapan Kepada Allah

Mazmur 42 ini menggambarkan kerinduan yang mendalam akan hadirat Tuhan, serta pengharapan yang kuat dalam situasi keputusasaan. Berikut adalah paparan tentang Mazmur 42, dengan fokus pada harapan kepada Tuhan yang terpancar dari bait demi bait dalam mazmur ini.

Baca Juga: Saat Teduh: Mengalami Kebaikan Tuhan: Renungan dari Mazmur 34

MAZMUR 42
Kerinduan kepada Allah

1 Untuk pemimpin biduan. Nyanyian pengajaran bani Korah.
2 Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair,
demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah.

3 Jiwaku haus kepada Allah,
kepada Allah yang hidup.
Bilakah aku boleh datang
melihat Allah?

4 Air mataku menjadi makananku
siang dan malam,
karena sepanjang hari orang berkata kepadaku:
”Di mana Allahmu?”

5 Inilah yang hendak kuingat,
sementara jiwaku gundah gulana;
bagaimana aku berjalan maju dalam kepadatan manusia,
mendahului mereka melangkah ke rumah Allah
dengan suara sorak-sorai dan nyanyian syukur,
dalam keramaian orang-orang yang mengadakan perayaan.

6 Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku,
dan gelisah di dalam diriku?
Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya,
penolongku dan Allahku!

7 Jiwaku tertekan dalam diriku,
sebab itu aku teringat kepada-Mu
dari tanah sungai Yordan dan pegunungan Hermon,
dari gunung Mizar.

8 Samudera raya berpanggil-panggilan
dengan deru air terjun-Mu;
segala gelora dan gelombang-Mu
bergulung melingkupi aku.

9 Tuhan memerintahkan kasih setia-Nya pada siang hari,
dan pada malam hari aku menyanyikan nyanyian,
suatu doa kepada Allah kehidupanku.

10 Aku berkata kepada Allah, gunung batuku:
”Mengapa Engkau melupakan aku?
Mengapa aku harus hidup berkabung
di bawah impitan musuh?”

11 Seperti tikaman maut ke dalam tulangku
lawanku mencela aku,
sambil berkata kepadaku sepanjang hari:
”Di mana Allahmu?”

12 Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku,
dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku?
Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya,
penolongku dan Allahku!

(Mazmur 42: TB)

Pendahuluan

Mazmur 42 adalah bagian dari tradisi spiritual yang kaya dalam kepercayaan Kristen dan Yahudi. Kitab Mazmur, yang merupakan kumpulan himne dan doa-doa, menjadi landasan bagi banyak orang dalam mengekspresikan perasaan-perasaan mereka kepada Tuhan, baik dalam kegembiraan maupun dalam kesedihan.

Mazmur 42 membawa kita ke dalam pikiran dan perasaan seseorang yang merindukan Tuhan, yang merasa kesepian dan haus akan hadirat-Nya.

Ini adalah doa yang terdalam dari hati seseorang yang merasa dikepung oleh musuh atau terasing dari tempat ibadah, yang merindukan kehadiran Tuhan yang menghibur dan memberikan harapan.

Baca Juga: Panggilan Pertolongan dalam Kesusahan: Saat Teduh dengan Mazmur 70

Konteks Sejarah

Untuk lebih memahami makna Mazmur 42, penting untuk melihat konteks sejarahnya. Mazmur ini adalah bagian dari koleksi Mazmur yang diatribusikan kepada raja Daud, salah satu tokoh terkemuka dalam sejarah Israel. Daud, selain dikenal sebagai raja yang bijaksana dan pemberani, juga terkenal karena hubungannya yang erat dengan Allah.

Dalam sejarah Alkitab, Daud menghadapi banyak cobaan dan kesulitan. Dia seringkali dikejar oleh musuh-musuhnya, baik musuh dalam negeri maupun musuh dari bangsa-bangsa sekitarnya. Namun, dalam semua cobaan itu, Daud selalu mencari perlindungan dan kekuatan dalam Tuhan.

Analisis Mazmur 42

Rindu Akan Tuhan

Salah satu tema yang dominan dalam Mazmur 42 adalah kerinduan yang mendalam akan Tuhan. Daud membandingkan kerinduannya akan Tuhan dengan kerinduan seekor rusa yang haus akan air (ayat 2). Ini adalah metafora yang kuat untuk mengekspresikan kehausan spiritual yang mendalam, di mana jiwa manusia merindukan kehadiran Tuhan seperti halnya tubuh yang haus merindukan air.

Daud menggambarkan kerinduannya akan Tuhan sebagai sesuatu yang tidak dapat diabaikan, bahkan dalam situasi yang penuh tekanan dan ketidakpastian. Dia merindukan untuk dapat datang dan menyembah Allah di Bait Suci, tempat yang dianggap sebagai tempat kediaman-Nya (ayat 4).

Ini menunjukkan bahwa kerinduan Daud tidak hanya untuk bertemu dengan Tuhan secara pribadi, tetapi juga untuk kembali ke tempat ibadah yang sakral, di mana dia bisa merasakan kehadiran-Nya dengan lebih kuat.

Pengharapan di Tengah Kesengsaraan

Meskipun Daud merasa terasing dan terkepung oleh musuh-musuhnya, dia tetap mempertahankan pengharapan yang kuat kepada Tuhan. Dia mengingat pengalaman-pengalaman masa lalu di mana dia merasakan kehadiran dan perlindungan Tuhan (ayat 5-6). Ini adalah sumber kekuatan bagi Daud di tengah-tengah kesulitan yang dia hadapi.

Daud juga menghibur dirinya sendiri dengan mengingat sifat Tuhan yang setia dan penyayang (ayat 8-9). Meskipun situasinya sulit, Daud yakin bahwa Tuhan tidak akan meninggalkannya begitu saja. Ini mencerminkan kepercayaan yang dalam akan karakter Allah yang dipenuhi dengan kasih setia dan rahmat-Nya yang tak terbatas.

Kritikan Terhadap Diri Sendiri

Dalam Mazmur 42, Daud juga menghadapi pertentangan internal. Dia merasa terganggu oleh penindasan musuh-musuhnya, tetapi juga merasa kecewa dengan dirinya sendiri karena terus-menerus merasa sedih dan gelisah (ayat 5, 11).

Dia menyadari bahwa perasaan-perasaan negatif ini tidak selaras dengan keyakinannya akan kekuatan dan kasih Allah.

Namun, Daud tidak tenggelam dalam rasa putus asa atau penyesalan. Sebaliknya, dia menggunakan perasaan-perasaan negatifnya sebagai alat untuk lebih mendekatkan dirinya kepada Tuhan. Dia memperdalam kerinduannya akan Tuhan dan melemparkan dirinya sepenuhnya kepada-Nya (ayat 7, 11).

Harapan Akan Pertolongan Tuhan

Di tengah-tengah keputusasaan, Daud tetap memegang teguh harapannya akan pertolongan Tuhan. Dia meneguhkan dirinya sendiri dengan mengatakan, "Tunggulah kepada Allah, sebab aku masih akan memuji Dia, penyelamatku dan Allahku" (ayat 6).

Ini adalah pernyataan iman yang kuat, yang menunjukkan bahwa bahkan dalam situasi yang paling gelap sekalipun, Daud tetap yakin bahwa Tuhan akan menyelamatkannya.

Daud juga mengekspresikan keyakinannya bahwa Allah akan mengirimkan kasih dan kebenaran-Nya untuk menyertainya di sepanjang jalan (ayat 8). Ini adalah pemberdayaan yang luar biasa, yang memungkinkan Daud untuk tetap tegar di tengah-tengah kesulitan.

Kesimpulan: Harapan yang Tak Terbatas

Mazmur 42 adalah ekspresi yang indah dari harapan yang tak terbatas kepada Tuhan, bahkan di tengah-tengah situasi yang paling sulit sekalipun. Daud menunjukkan kepada kita bahwa kita dapat mempertahankan pengharapan kita kepada Tuhan bahkan dalam keadaan yang paling putus asa sekalipun.

Dengan mengingat karakter Allah yang setia dan penyayang, kita dapat menemukan kekuatan dan penghiburan di tengah-tengah kesulitan.

Dalam kehidupan kita yang penuh tantangan dan cobaan, mari kita mengikuti contoh Daud dengan tetap memegang teguh harapan kita kepada Tuhan, yang adalah sumber kekuatan dan penyelamatan kita. Sebab pada akhirnya, seperti yang dinyatakan oleh Daud, "Aku masih akan memuji Dia, penyelamatku dan Allahku" (ayat 11).

Baca Juga: Saat Teduh: Menghadapi Penderitaan dengan Harapan (Mazmur 69)

Demikian Saat Teduh kita hari ini yang mengambil bacaan Mazmur 42. Semoga bermanfaat.***

Editor: Mariyani Soetrisno

Sumber: Alkitab


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah