Network
Akhirnya di hari keempat, anak itu ditemukan sudah tidak bernyawa di bagian sungai yang mendekati ujung kota. Salah satu Bibi anak itu mengatakan pada Polisi, bahwa anak itu sebenarnya dididik dengan keras.
Tidak boleh melakukan kesalahan yang akan membuat namanya tercoreng. Itu sebabnya anak itu tidak mau tertangkap.
Baca Juga: Saat Teduh Hari Ini Rabu 22 Juni 2022: Menanamkan Budi Untuk Masa Mendatang
Latar belakang itulah yang membuat anak yang mengemudi itu ketakutan. Dia memberikan respon melarikan diri daripada tertangkap dan membuat namanya tercoreng karena tercatat pernah melakukan kesalahan. Namun akhirnya respon yang dibuatnya malah menjadikan keadaan tambah buruk.
Saat membaca renungan harian Kristen hari ini kita jadi berpikir, kalau saja anak itu mau berhenti sejak awal, barangkali Polisi hanya memberinya peringatan. Jika saja anak itu tidak melarikan diri, mungkin sekarang anak itu masih hidup.
Terkadang kita sendiri juga lebih memilih untuk melarikan dari kesalahan yang kita lakukan. Atau dari kekeliruan kita dalam menentukan pilihan. Kita takut terkena hukuman, sehingga kita memberikan respon dengan melarikan diri.
Dalam 1 Yohanes 1:9 dikatakan bahwa jika kita mengakui dosa kita pada Tuhan, maka Dia adalah setia dan akan mengampuni dan membersihkan kita dari kesalahan kita.
Tuhan akan selalu mengampuni kita. Tapi ingatlah bahwa Dia tidak memberi janji bahwa kita bakal terlepas dari konsekuensi dari kesalahan kita. Karena dalam kehidupan, apapun yang kita lakukan selalu memiliki dampak konsekuensi yang mengikutinya.
Dalam renungan harian Kristen hari ini mengingatkan kita dimana respon yang benar atas sebuah kesalahan bukanlah melarikan diri, tapi mengakuinya lalu bertobat. Mintalah pengampunan dan kekuatan dari Tuhan agar bisa memperbaiki kesalahan kita. Juga agar kita tidak mengulanginya lagi di masa mendatang.***
