Psikologi Korupsi, Bukannya Takut Malah Merajalela, Apa yang Salah? Membedah Akar Perilaku Korupsi

- 22 Juni 2023, 14:10 WIB
Psikologi Korupsi, Bukannya Takut Malah Merajalela, Apa yang Salah? Membedah Akar Perilaku Korupsi
Psikologi Korupsi, Bukannya Takut Malah Merajalela, Apa yang Salah? Membedah Akar Perilaku Korupsi /Pexels.com / Turgay Koca/

Mereka menggunakan posisi tersebut untuk memperoleh keuntungan pribadi dan menghindari pertanggungjawaban. Dorongan untuk mendapatkan kekuasaan dan status sosial ini membuat mereka rentan terhadap godaan korupsi.

Penjelasan Psikologis Koruptor

1. Rasionalisasi dan Penyimpangan Moral

Koruptor cenderung melakukan rasionalisasi dan penyimpangan moral untuk membenarkan perilaku korupsi mereka. Mereka mengembangkan alasan dan justifikasi yang beragam, seperti "semua orang melakukannya," "saya butuh uang untuk kebutuhan pribadi," atau "sistem ini sudah korup dari awal." Mereka membingkai tindakan korupsi sebagai suatu keharusan atau bentuk balas dendam terhadap sistem yang dianggap tidak adil.

2. Persepsi Terhadap Risiko dan Hukuman

Beberapa koruptor memiliki persepsi yang salah terhadap risiko dan hukuman yang mungkin mereka hadapi. Mereka mungkin meremehkan kemungkinan tertangkap dan yakin bahwa mereka dapat menghindari konsekuensi hukum.

Baca Juga: Instrumen yang Digunakan untuk Menilai Perilaku Siswa dalam Proses Pembelajaran Adalah Apa

Selain itu, mereka mungkin percaya bahwa sanksi yang diberlakukan tidak sebanding dengan keuntungan yang mereka dapatkan. Keyakinan semacam ini dapat memperkuat perilaku korupsi.

3. Teori Rasionalitas Terbatas

Teori rasionalitas terbatas menyatakan bahwa manusia tidak selalu bertindak secara rasional dan terbatas dalam kemampuan mereka untuk memproses informasi. Hal ini berarti koruptor dapat terjerat dalam kebiasaan dan rutinitas korupsi

Halaman:

Editor: Kun Daniel Chandra

Sumber: Buku Psikologi untuk Indonesia Maju dan Beretika


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x