Rangkuman Modul 2.2 Guru Penggerak: Pembelajaran Sosial Emosional

- 12 Maret 2023, 22:11 WIB
Rangkuman Modul 2.2 Guru Penggerak: Pembelajaran Sosial Emosional
Rangkuman Modul 2.2 Guru Penggerak: Pembelajaran Sosial Emosional /Pexels.com/Katerina Holmes/

INFOTEMANGGUNG.COM - Baik calon guru penggerak maupun guru atau masyarakat awam yang ingin tahu isi modul guru penggerak, khususnya modul 2.2. Mari kita bedah isi Rangkuman Modul 2.2 Guru Penggerak: Pembelajaran Sosial Emosional.

 

Rangkuman Modul 2.2 Guru Penggerak: Pembelajaran Sosial Emosional ini akan kami buat ringkas tetapi lengkap dengan poin-poin pentingnya sehingga calon guru penggerak mudah mengingatnya.

Baca Juga: Rangkuman Modul 2 3 Guru Penggerak Coaching, Ringkas tapi Lengkap Poin-poin Pentingnya

Bagi masyarakat awam, rangkuman modul 2.2 Guru Penggerak: Pembelajaran Sosial Emosional ini bisa juga dipakai untuk belajar dan bisa dilakukan pada bidangnya.

Rangkuman Modul 2.2 Guru Penggerak: Pembelajaran Sosial Emosional

Pendidikan Budi Pekerti

Ki Hadjar Dewantara merumuskan Pendidikan Budi Pekerti yaitu pembelajaran tentang batin Pembelajaran budi pekerti mempelajari jiwa manusia yang holistik yang menghasilkan penyatuan budi (pikiran, perasaan, dan kemauan), sehingga menimbulkan tenaga (pekerti).

Mengingat pentingnya budi pekerti dalam menyokong tumbuh kembang anak, pemerintah mengeluarkan Permendikbud Nomor 20 tahun 2018 tentang Penguatan Pendidikan Karakter pada satuan pendidikan formal. 

Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dipakai sekolah untuk bertanggung jawab  memperkuat karakter murid memakai harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga melibatkan dan kerjasama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat.

Pembelajaran Sosial dan Emosional

Pembelajaran Sosial dan Emosional ialah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh semua komunitas sekolah, sehingga memungkinkan anak serta orang dewasa memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif tentang aspek sosial dan emosional.

Pembelajaran Sosial-Emosional (PSE) berisi keterampilan-keterampilan yang diperlukan murid untuk:

  • dapat bertahan dalam masalah
  • memecahkan masalah
  • mengajarkan murid menjadi orang yang berkarakter baik.

PSE mencoba memberikan keseimbangan pada individu dan mengembangkan kompetensi personal yang dibutuhkan supaya sukses. 

Sifat pengetahuan adalah konstruktif yaitu semua proses pembelajaran saling berhubungan; dimana emosi menarik perhatian dan perhatian untuk mendorong terjadinya proses belajar. \

Murid belajar untuk memperoleh pengetahuan ketika hati mereka terbuka, terhubung dengan lingkungan sekitar serta memiliki tujuan. Lewat PSE guru bisa menciptakan kondisi yang mengizinkan semua murid belajar.

Tujuan pembelajaran sosial dan emosional:

  • memberi pemahaman, penghayatan dan kemampuan mengelola emosi (kesadaran diri)
  • menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri)
  • merasakan dan menunjukkan empati pada orang lain (kesadaran sosial)
  • membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan membangun relasi)
  • membuat keputusan yang bertanggung jawab (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab)

Baca Juga: Apa itu 5 KSE Guru Penggerak? Aspek Sosial Emosional Tidak Kalah Penting dari Kemampuan Kognitif

Implementasi/ Penerapan PSE bisa dilakukan dengan 4 cara:

  1. Mengajarkan Kompetensi Sosial Emosional (KSE) secara spesifik dan eksplisit
  2. Mengintegrasikan KSE ke dalam praktik mengajar guru dan gaya interaksi dengan murid
  3. Mengubah kebijakan dan ekspektasi sekolah terhadap murid
  4. Memengaruhi pola pikir murid tentang persepsi diri, orang lain, dan lingkungan.

Pendekatan SEL (Social and Emosional Learning) yang efektif sering menggabungkan 4 elemen yang diwakili disebut dengan akronim SAFE, yakni:

  1. Sequential/ berurutan yakni kegiatan yang terhubung dan terkoordinasi guna mendorong pengembangan keterampilan
  2. Active / pembelajaran aktif yang melibatkan murid untuk menguasai keterampilan dan sikap baru
  3. Focused yaitu fokus pada unsur pengembangan keterampilan sosial maupun  personal
  4. Explicit yaitu tertuju pada pengembangan keterampilan sosial dan emosional tertentu secara eksplisit.

Kesadaran Penuh

Kesadaran penuh muncul saat seseorang memberikan perhatian dengan sengaja pada kondisi saat sekarang yang didasarkan rasa ingin tahu dan kebaikan.

Kesadaran penuh muncul ketika seseorang sadar sepenuhnya pada apa yang sedang dikerjakan dengan pikiran terbuka, atau di dalam situasi yang menghendaki perhatian yang penuh. Contoh: murid yang sedang bermain musik, tidak terganggu dengan suara di sekitarnya.

Kesadaran Penuh dan Cara Kerja Otak

 Penelitian menunjukkan ketika kondisi berkesadaran penuh, terjadi perubahan fisiologis seperti meluasnya area otak terutama yang berfungsi untuk belajar dan mengingat, berkurangnya stres, dan muncul perasaan tenang serta stabil.

Kesadaran penuh bisa dilatih dan ditumbuhkan, sehingga kita bisa memberi perhatian yang berkualitas pada hal yang dilakukan. Contoh latihan yang bisa dilakukan: latihan menyadari napas, latihan bergerak sadar, latihan berjalan sadar, dan gerakan lain yang melatih indera.

Pembelajaran Sosial dan Emosional Berbasis Kesadaran Penuh dalam Mewujudkan Kesejahteraan Hidup (Well-Being)

PSE berbasis kesadaran penuh yang dilakukan secara terhubung, terkoordinasi, aktif, fokus, dan eksplisit diharapkan bisa mewujudkan kesejahteraan hidup (Well-being) ekosistem sekolah.

Kesejahteraan Hidup (Well-being) adalah kondisi individu yang memiliki sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain, bisa membuat keputusan dan mengatur tingkah lakunya sendiri, bisa memenuhi kebutuhan diri dengan menciptakan dan mengelola lingkungan dengan baik, mempunyai tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya.

Siswa yang memiliki tingkat well-being yang tinggi punya kemungkinan lebih tinggi untuk mencapai prestasi akademik yang lebih tinggi, kesehatan fisik dan mental yang lebih baik, punya ketangguhan dalam menghadapi stress dan terlibat dalam perilaku sosial yang lebih bertanggung jawab.

Latihan berkesadaran penuh bisa membangun keterhubungan diri sendiri dengan berbagai kompetensi emosi dan sosial dalam kehidupan sehari-hari. 

Baca Juga: Teknik STOP Guru Penggerak, Pembelajaran Sosial Emosional, Tujuan Positif Menunjukkan Empati 

Lima Kompetensi Sosial Emosional (KSE), yaitu:

  • Pengelolaan Emosi dan Fokus

Pengelolaan emosi dapat dilakukan dengan melatih kesadaran penuh dengan teknik STOP, yaitu:

  1. Stop; berhenti melakukan kegiatan yang sedang dikerjakan
  2. Take a Deep Breath (Tarik Napas Dalam); Menyadari napas masuk dan napas keluar. Rasakan udara segar yang masuk lewat hidung. Rasakan udara hangat yang keluar dari lubang hidung. Lakukan 2-3 kali.
  3. Observe/Amati; Amati apa yang dirasakan pada tubuh! Amati perut yang mengembang sebelum membuang napas. Amati perut yang mengempes saat membuang napas. Amati pilihan-pilihan yang dapat dilakukan.
  4. Proceed/Lanjutkan. Latihan selesai. Aktivitas dapat dilanjutkan dengan perasaan yang lebih tenang, pikiran yang lebih jernih, dan sikap yang lebih positif.

Latihan STOP bisa dilaksanakan sebelum ujian, sebelum presentasi/ pidato/ situasi menegangkan lain.

Latihan dapat dilakukan secara konsisten untuk mendukung kekuatan otak bagian atas (korteks prefrontal) yang berhubungan dengan fokus, konsentrasi, dan kesadaran. Latihan rutin akan membuat otak terlatih berpikir terlebih dahulu, merencanakan respons sehingga memungkinkan perilaku yang penuh perhatian. Ini bisa membantu fokus pada pekerjaan atau apapun yang sedang dikerjakan. 

  • Empati

Empati ialah kemampuan  mengenali dan memahami serta ikut merasakan perasaan emosi orang lain, sehingga bisa melihat perspektif sudut pandang orang lain. Setelah itu, orang dapat menghargai dan memahami konteksnya. Teknik STOP bisa diterapkan pada kompetensi ini.

 Baca Juga: Teknik STOP Guru Penggerak, Pembelajaran Sosial Emosional, Tujuan Positif Menunjukkan Empati

Keterampilan berempati membantu seseorang mempunyai hubungan yang hangat dan lebih positif dengan orang lain sebab empati mengarahkan orang untuk mengurangi fokus hanya ke diri sendiri, tetapi juga belajar merespon orang lain dengan cara lebih informatif dan penuh afeksi ke orang lain, sehingga lingkungan yang inklusif terbentuk.  

Empati bisa dilakukan dengan langkah paling sederhana yaitu dmenaruh perhatian pada perasaan orang lain dengan bertanya:

  1. Apa yang dirasakan orang itu?
  2. Apa yang mungkin akan dia lakukan?
  3. Apa yang saya rasakan jika saya mengalami kejadian yang sama?

Empati bisa dilatih dengan cara ini:

  1. Menaruh perhatian pada perasaan orang lain
  2. Berpikir sebelum berbicara atau bertindak
  3. Meyakini bahwa tidak ada satupun orang di dunia ini yang sama
  4. Menghargai orang lain walaupun berbeda pandangan.
  • Kemampuan Kerjasama dan Resolusi Konflik

Keterampilan yang bisa dikembangkan untuk membangun kerjasama, adalah keterampilan:

  1. menyampaikan pesan dengan jelas dan mendengarkan secara aktif
  2. menyatakan sikap setuju dan tidak setuju dengan sikap saling menghargai
  3. Keterampilan mengelola tugas dan peran dalam kelompok
  • Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab

Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab adalah hal yang secara konsisten dan berkelanjutan ditumbuhkan dan dibiasakan sejak dini, akan memungkinkan seseorang untuk bertumbuh menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan lebih berdaya lenting dalam menghadapi segala konsekuensi yang harus dihadapi akibat keputusan yang dibuat dalam hidupnya.

 Pengambil keputusan yang bertanggung jawab akan mempertimbangkan semua aspek, alternatif pilihan, dengan konsekuensinya, sebelum mengambil keputusan. Hal yang perlu dipelajari:

  1. mengevaluasi situasi
  2. menganalisis alternatif pilihan mereka
  3. mempertimbangkan konsekuensi dari masing-masing pilihan itu terhadap diri mereka sendiri dan orang lain. 

Strategi sederhana yang bisa dipakai untuk menumbuhkan kemampuan mengambil keputusan yang bertanggung jawab adalah memakai kerangka yang disebut POOCH, yaitu Problem (Masalah), Options (Alternatif pilihan), Outcomes (Hasil atau konsekuensi), Choices (Keputusan yang diambil). 

Itu tadi Rangkuman Modul 2.2 Guru Penggerak: Pembelajaran Sosial Emosional. Mudah-mudahan bermanfaat.***

Editor: Mariyani Soetrisno

Sumber: guru.kemendikbud.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x