Baca Juga: Penulisan Deskripsi di Rapor Murid Berdasarkan Pada Hal Berikut, Simak Penjelasannya!
Dapat disebutkan secara benang merahnya, bahwa macam prosesi yang dilaksanakan memang sama. Gaya prosesi pernikahan Solo maupun Yogyakarta, sama-sama mengenal siraman, midodareni, ijab, dan panggih.
Berikut ini akan dijelaskan mengenai perbedaan prosesi pernikahan gaya Solo dengan Yogyakarta dari prosesi sirahaman hingga panggih. Simak sampai tuntas ya!
Siraman
Siraman pada gaya Kraton Surakarta berjumlah sembilan yang berarti wali sanga, yang diadaptasi dari budaya Islam-Jawa. Angka sembilan dalam prosesi ini juga menggambarkan sembilan jumlah hawa nafsu yang perlu dikendalikan.
Baca Juga: Bagaimana Mendidik dan Melatih Kecerdasan Budi Pekerti pada Siswa? Berikut Caranya
Berbeda dengan Solo, prosesi siraman gaya kraton Yogyakarta memiliki jumlah siraman sebanyak tujuh dengan arti tujuh pemberi pertolongan.
Dodol Dawet
Juga dalam adat Solo, usai upacara siraman akan diadakan upacara dodol dawet atau jualan dawet yang merupakan ungkapan keadaan kemruwet.
Makna kemruwet adalah gambaran dan harapan saat pesta pernikahan dilaksanakan, tamu yang datang akan banyak dan ramai. Simbol keberanian serta kesucian bertemunya pria dan wanita dalam upacara ini, digambarkan melalui gula merah dan santan yang disiram dalam dawet.
Beksan Edan-edanan
Sedangkan perbedaan mencolok dari adat Yogyakarta yaitu, pada saat prosesi pernikahan akan diadakan tarian edan-edanan atau dalam bahasa Jawa disebut dengan beksan edan-edanan.
Baca Juga: 7 Dampak Positif Dari Globalisasi, Berikut Ulasannya