Penjelasan Strategi Yang Digunakan Kolonel Sudirman Untuk Mengusir Belanda

- 2 November 2022, 15:17 WIB
Penjelasan Strategi Yang Digunakan Kolonel Sudirman Untuk Mengusir Belanda
Penjelasan Strategi Yang Digunakan Kolonel Sudirman Untuk Mengusir Belanda /pexels.com/cottonbro/

INFOTEMANGGUNG.COM - Anda pasti pernah mendengar tentang strategi yang digunakan Kolonel Sudirman untuk mengusir Belanda dari Indonesia.

Keberhasilan perang Ambarawa adalah bukti bahwa strategi yang digunakan Kolonel Sudirman untuk mengusir Belanda sangat ampuh.

Baca Juga: 6 Tindakan Pertolongan Pertama saat Sedang Mendaki dan Berkemah

Pada artikel ini akan diberikan ulasan tentang sejarah perang dan strategi yang digunakan Kolonel Sudirman untuk mengusir Belanda dari Indonesia.

Mengenang sejarah kemerdekaan NKRI yang menguras air mata, keringat, dan darah para pahlawan untuk meraihnya. Perjuangan rakyat Indonesia belum selesai untuk mempertahankan kemerdekaan.

Ada banyak taktik yang dijalankan oleh Belanda dan sekutunya untuk mengganggu kedaulatan Indonesia.

Tercatat dalam sejarah kemerdekaan Indonesia salah satu peristiwa yang masih terekam jelas adalah saat berperang melawan agresi Inggris dan Belanda dalam perang Ambarawa.

Sejarah perang Ambarawa terjadi tanggal 20 Oktober 1945. Nama Ambarawa tersebut diambil dari sebuah daerah yang memiliki rawa-rawa yang sangat luas.

Puncak perang dilatarbelakangi masuknya Belanda ke NKRI pada 20 Oktober 1945 atau beberapa bulan setelah Indonesia menyatakan kemerdekaannya.

Tentara sekutu tiba di Semarang untuk menjemput para tawanan perang yang masih berada di Jawa Tengah.

Gubernur Jawa Tengah Wongsonegoro menyambut baik kedatangan mereka dengan menyiapkan berbagai keperluan untuk memperlancar kegiatan mereka tanpa tahu niat licik dibaliknya.

Sangat disayangkan kedatangan mereka membawa niat tak baik dengan ditunggangi oleh NICA.

Baca Juga: Contoh Deskripsi Diri untuk PPPK Guru 2022-2023 Saat Mendaftar di Sscasn.bkn.go.id Lengkap

Para tawanan yang sudah dibebaskan dipersenjatai untuk melakukan perlawanan kepada bangsa Indonesia.

Tentara sekutu mulai menyebabkan kekacauan dan merampas persenjataan tentara keamanan rakyat (TKR) pada tanggal 26 Oktober 1945.

Untuk membalas tindakan tersebut TKR Magelang mulai melawan dengan melakukan pengepungan dari semua sisi.

Pada 2 November 1945 presiden Soekarno segera melakukan perundingan gencatan senjata dengan pihak sekutu.

Isi perjanjian tersebut meliputi :

  1. Pembebasan lalu lintas di jalan Ambarawa bagi pihak Indonesia dan sekutu.
  2. Pihak sekutu akan menempatkan pasukannya di kota Magelang.
  3. Pihak sekutu tidak mengakui aktivitas badan-badan bawaan termasuk NICA.
  4. Pembatasan jumlah pasukan sekutu ditetapkan.

Poin-poin perjanjian tersebut diabaikan oleh pihak sekutu sehingga meletuslah pertempuran pada tanggal 20 November 1945.

Pihak sekutu melakukan perlawanan pada bangsa Indonesia dengan menggunakan senjata modern dan pesawat tempur dari pihak Belanda.

Kolonel Sudirman yang saat itu merupakan pemimpin divisi 5 Banyumas. Pada akhirnya Kolonel Sudirman turun tangan menuju Ambarawa memimpin komando seluruh TKR dan pasukan rakyat.

Kolonel Sudirman bersumpah akan membalaskan kematian Kolonel Isdiman. Kolonel Sudirman langsung memimpin pasukannya dengan menggunakan strategi Supit urang.

Strategi ini adalah pengepungan berlapis dari dua sisi sehingga musuh terkepung dari sektor persediaan makanan, komunikasi, dan senjata.

Tentara sekutu yang menduduki benteng Wilem berhasil ditaklukan oleh TKR setelah dikepung 4 hari 4 malam.

Pada akhirnya Ambarawa berhasil direbut kembali pada tanggal 15 Desember 1945.

Pembangunan monumen Palagan Ambarawa bertujuan untuk memperingati dan mengenang perang Ambarawa yang dijadikan sebagai hari jadi TNI angkatan darat.

Baca Juga: Jawaban Post Test Modul 7, Agar Bisa Menghasilkan Gagasan, Murid Perlu Diberikan?

Demikian penjelasan singkat tentang strategi yang digunakan Kolonel Sudirman untuk mengusir Belanda pada perang Ambarawa. Semoga membantu!***

Disclaimer 

Penjelasam dalam artikel ini sifatnya tidak mutlak, sehingga masih bisa dikembangkan atau diperbaiki lagi. Peserta didik dapat mendiskusikannya lagi degan guru ataaupun teman.

Editor: Siti Juniafi Maulidiyah

Sumber: YouTube M2 Rifle


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah