Semboyan Guru Penggerak, Uraian Padat dan Lengkap, Cocok untuk Referensi

19 Maret 2024, 12:36 WIB
JSemboyan Guru Penggerak, Uraian Padat dan Lengkap, Cocok untuk Referensi /Pexels.com/ Fauxels/

INFOTEMANGGUNG.COM - Secara lengkap kita akan membahas tentang semboyan guru penggerak.

"Semboyan" adalah istilah yang berasal dari bahasa Indonesia yang memiliki arti sebagai motto, slogan, atau pernyataan pendek yang mencerminkan nilai, tujuan, atau identitas suatu entitas atau kelompok.

Semboyan sering digunakan oleh lembaga pemerintah, institusi pendidikan, organisasi sosial, perusahaan, dan kelompok lainnya untuk menyampaikan pesan atau visi mereka kepada publik.

Baca Juga: 20 Soal Post Test Modul 1 Guru Penggerak Baru 2024 Topik Penerapan Disiplin Positif dengan Kunci Jawabannya

Fungsi dan penggunaan semboyan dapat bervariasi tergantung pada konteksnya. Berikut adalah beberapa fungsi umum dari semboyan:

Mengidentifikasi identitas: Semboyan sering digunakan untuk membantu mengidentifikasi suatu entitas atau kelompok. Misalnya, semboyan seperti "Unity in Diversity" digunakan oleh beberapa negara untuk menekankan keragaman budaya mereka.

Menginspirasi atau memotivasi: Semboyan sering dirancang untuk menginspirasi atau memotivasi orang untuk bertindak atau berpikir sesuai dengan nilai atau tujuan yang diwakili oleh semboyan tersebut.

Contohnya, semboyan "Just Do It" dari Nike bertujuan untuk mendorong orang untuk mengatasi rintangan dan mencapai tujuan mereka.

Merek atau promosi: Di bidang bisnis, semboyan sering digunakan sebagai bagian dari strategi pemasaran untuk mempromosikan merek atau produk tertentu.

Misalnya, semboyan "I'm Lovin' It" milik McDonald's telah menjadi bagian integral dari identitas merek mereka.

Pendidikan dan penyuluhan: Dalam konteks pendidikan atau penyuluhan, semboyan dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau nilai-nilai tertentu kepada siswa atau masyarakat.

Semboyan seperti "Knowledge is Power" dapat digunakan untuk menekankan pentingnya pendidikan.

Baca Juga: Eksplorasi Konsep Modul 1.1 Guru Penggerak, Membangun Pendidikan yang Berkarakter

Mengkomunikasikan visi atau tujuan: Organisasi atau kelompok sering menggunakan semboyan untuk mengkomunikasikan visi atau tujuan mereka kepada publik.

Semboyan semacam itu dapat menjadi pengingat konstan tentang apa yang ingin dicapai oleh entitas tersebut.

Semboyan yang efektif dapat menjadi alat komunikasi yang kuat untuk menyampaikan pesan dan nilai-nilai yang ingin ditekankan oleh suatu entitas atau kelompok

Setiap tanggal 2 Mei kita selalu memperingati dan merayakan hari pendidikan nasional (HARDIKNAS) dengan penuh gegap gempita melalui berbagai macam dan bentuk kegiatan. Pertanyaan pemantik buat kita adalah kenapa kita merayakan hari pendidikan nasional pada tiap tanggal dan bulan tersebut?

Hal ini karena pemerintah telah menetapkan tanggal 2 Mei sebagai Hari Pendidikan Nasional yang diambil dari hari kelahiran dari sosok Ki Hadjar Dewantara (nama asli Soewardi Surjaningrat) yaitu tepatnya tanggal 2 Mei 1889.

luhur khas bangsa Indonesia.

Buah-buah pikiran Ki Hajdar Dewantara mengenai konsep dan praktik pendidikan cukup terkenal dan malah mendunia dan telah dituangkannya dalam berbagai bentuk baik berupa buku dan tulisan-tulisan di media massa dan cetak serta aktif didiskusikan dalam berbagai forum rapat, sidang dan seminar baik pada saat perjungan kemerdekaan maupun setelah Indonesia merdeka saat ini.

Slogannya yang paling terkenal adalah Ing ngarso Sung tulada , Ing Madya Mangun karsa, Tut Wuri Handayani.

Slogan ini telah menjadi panduan bagi pamong atau guru dalam memposisikan dirinya sebagai pendidik yang dapat memberi teladan, memberi semangat, memberdayakan dan memberikan dorongan kepada murid.

Oleh karena berbagai perannya tersebut maka Ki Hadjar Dewantara dinobatkan sebagai sebagai bapak pendidikan Indonesia.

Sejauh manakah pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara kita terapkan dalam konsep dan praktik pendidikan Indonesia selama ini?

Jujur kita menyatakan bahwa dunia pendidikan Indonesia belum sepenuhnya menerapkan pokok-pokok pikiran Ki Hadjar Dewantara baik dalam konsep dan praktik pendidikan kita selama ini.

Peringatan hari pendidikan nasional yang dilaksanakan setiap tanggal 2 Mei setiap tahunnya belum menjadi momentum kebangkitan kembali pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Semestinya momentum tersebut harus dijadikan titik tolak untuk kita menghidupkan kembali pemikiran-pemikirannya Ki Hadjar Dewantara.

Sungguh sangat aneh, ketika banyak bangsa lain sangat mengagumi dan menerapkan pemikiran-pemikirannya dalam pendidikan mereka seperti halnya negara Findlandia dan mereka cukup berhasil dalam pendidikannya, tetapi malah sebaliknya Indonesia yang menjadi tempat lahir dari tokoh pendidikan yang mendunia tersebut tidak menerapkan seutuhnya konsep dan pemikiran-pemikirannya.

Dengan momentum peringatan hari pendidikan nasional tanggal 2 Mei tahun 2022 ini kita sangat berharap hendaknya menjadi momentum bagi kita semua untuk melakukan refleksi diri tentang sejauh mana konsep pendidikan kita selama ini berdampak signifikan bagi kecerdasan kehidupan berbangsa.

Konsep pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara adalah pendidikan yang holistik, dimana murid atau peserta didik dibentuk menjadi insan yang berkembang secara utuh meliputi olah rasio, olah rasa, olah jiwa dan olah raga melalui proses pembelajaran dan lainnya yang berpusat pada murid dan dilaksanakan dalam suasana penuh keterbukaan, kebebasan, serta menyenangkan.

Hal ini seiring dengan empat pilar pendidikan menurut UNESCO yaitu learning to know, learning to do, learning to be, and learning to live together.

Dua pilar pertama telah dipraktekan pada sistem pendidikan kita yaitu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan, tetapi itu terasa tidak cukup karena kita mengharapkan manusia Indonesia yang tidak hanya memiliki kecerdasan, tetapi juga harus berkarakter.

Manusia Indonesia dituntut juga harus memahami jati dirinya sebagai manusia yang memiliki dimensi individu dan sosial, memiliki akal budi, kehendak bebas, dan hati nurani.

Learning to be menghendaki para murid untuk menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur, sedangkan learning to live together mengarahkan murid untuk memiliki kesadaran untuk dapat hidup bersama dengan manusia yang lain ditengah pluralitas dan heterogenitas.

Sehingga yang menjadi tujuan pendidikan yang holistik adalah membentuk pribadi utuh yang memiliki kecerdasan intelektual, emosional, sosial, moral, spritual yang disebut melek moral dan sosial (social and moral literacy).

Menitik beratkan pada bagaimana supaya generasi muda bangsa ini disamping memiliki kompetensi intelektual tetapi juga memiliki kompetensi sikap atau karakter yang sejalan dengan nilai-nilai agama dan budaya yang telah mengkristal di dalam nilai-nilai pancasila sebagai dasar negara kita yang telah menjadi pandangan hidup bagi setiap warga bangsa Indonesia.

Dalam membentuk karakter murid yang berbudaya sesuai dengan nilai-nilai pancasila maka kita kenal sekarang dengan profil pelajar pancasila.

Profil pelajar pancasila adalah profil lulusan yang bertujuan menunjukkan karakter dan kompetensi yang diharapkan diraih dan menguatkan nilai-nilai luhur peserta didik dan pemangku kepentingan.  

Semboyan Guru Penggerak

Dalam menjalankan peran dan tanggung jawab mereka, para guru penggerak sering kali mengadopsi semboyan atau moto yang menginspirasi dan memandu tindakan mereka. Salah satu semboyan yang sering dikaitkan dengan guru penggerak adalah "Saya Belajar, Kami Maju."

Semboyan ini mencerminkan semangat pembelajaran berkelanjutan yang dimiliki oleh para guru penggerak, serta komitmen mereka untuk terus mengembangkan diri dan meningkatkan mutu pendidikan.

Semboyan "Saya Belajar, Kami Maju" menekankan pentingnya pembelajaran sebagai fondasi utama dalam meraih kemajuan. Para guru penggerak percaya bahwa dengan terus belajar dan mengembangkan keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dibutuhkan, mereka akan mampu membawa perubahan yang positif dalam dunia pendidikan.

Selain itu, semboyan ini juga menekankan pentingnya kolaborasi dan kerjasama dalam mencapai tujuan bersama. Dengan menggandeng rekan-rekan sesama guru penggerak dan melibatkan seluruh komunitas sekolah, mereka dapat bersama-sama merancang solusi yang efektif untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Semboyan "Saya Belajar, Kami Maju" juga mencerminkan sikap rendah hati dan keterbukaan para guru penggerak dalam menerima masukan, belajar dari pengalaman, dan terus berkembang sebagai pemimpin pendidikan.

Baca Juga: Lengkap! App Guru Penggerak Registrasi Calon Guru Penggerak (CGP) dari Unsur Guru

Mereka sadar bahwa proses pembelajaran tidak pernah berhenti, dan selalu ada ruang untuk memperbaiki diri dan meningkatkan kinerja

Demikian ulasan semboyan guru penggerak. Semoga bermanfaat.***

Editor: Mariyani Soetrisno

Sumber: Kemdikbud

Tags

Terkini

Terpopuler