Dalam Setiap Situasi, Identifikasilah Dibagian Mana dan Bagaimana Guru Mencoba Mempertimbangkan Suara Pilihan

3 Maret 2024, 10:21 WIB
Dalam Setiap Situasi, Identifikasilah Dibagian Mana dan Bagaimana Guru Mencoba Mempertimbangkan Suara Pilihan /Pexels.com /Liza Summer/

INFOTEMANGGUNG.COM – Berikut inilah contoh jawaban dalam setiap situasi, identifikasilah dibagian mana dan bagaimana guru mencoba mempertimbangkan 'suara'; 'pilihan'; dan 'kepemilikan' murid untuk mendorong tumbuhnya kepemimpinan murid.  Jelaskan jawaban Ibu/Bapak.

Pertanyaan dalam setiap situasi, identifikasilah dibagian mana dan bagaimana guru mencoba mempertimbangkan 'suara'; 'pilihan'; dan 'kepemilikan' murid ini menarik untuk dibahas.

Yuk teman-teman simak pembahasan dalam setiap situasi, identifikasilah dibagian mana dan bagaimana guru mencoba mempertimbangkan 'suara'; 'pilihan'; dan 'kepemilikan' murid ini.

Baca Juga: Pertanyaan Refleksi Eksplorasi Konsep Modul 3.3 Guru Penggerak Pengelolaan Program yang Berdampak Positif

Pertanyaan di atas mengacu pada suara murid yaitu suara, pilihan, dan kepemilikan.

Untuk teman-teman yang penasaran dengan contoh jawabannya, yuk simak pembahasan berikut ini.

Soal Lengkap

Dalam setiap situasi, identifikasilah dibagian mana dan bagaimana guru mencoba mempertimbangkan 'suara'; 'pilihan'; dan 'kepemilikan' murid untuk mendorong tumbuhnya kepemimpinan murid.  Jelaskan jawaban Ibu/Bapak.

Contoh Jawaban

Situasi 1: Pak Segar

Dari situasi yang melibatkan Pak Segar dan murid-muridnya, terungkap bahwa pendekatan partisipatif terhadap pembelajaran lingkungan sangat efektif.

Melalui diskusi, murid-murid tidak hanya mengekspresikan keinginan mereka untuk memiliki kebun di sekolah, tetapi juga aktif dalam menyumbangkan ide dan sumber daya untuk mewujudkannya.

Dalam proses ini, Pak Segar berperan sebagai fasilitator yang mendukung dan mendorong kolaborasi antara murid-murid, bahkan mengajukan pertanyaan untuk memperluas wawasan mereka tentang perawatan lingkungan.

Kontribusi murid yang memiliki latar belakang keluarga petani menunjukkan betapa pentingnya melibatkan komunitas lokal dalam proyek lingkungan seperti ini.

Kesimpulannya, melalui kerja sama antara guru, murid, dan komunitas, pembelajaran lingkungan dapat menjadi lebih bermakna, relevan, dan berkelanjutan.

Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan lingkungan tidak hanya tentang pengetahuan, tetapi juga tentang tindakan nyata dan keterlibatan dalam menjaga bumi kita.

Situasi 2:  Kepemilikan Bu Ara

Pendekatan Bu Ara untuk mengizinkan murid-muridnya memilih layout kelas mereka adalah contoh yang kuat dari memberdayakan siswa dalam proses pembelajaran.

Kepala sekolah yang mendukung proses ini menunjukkan pentingnya dukungan dari pihak sekolah dalam inisiatif guru.

Proses evaluasi dan refleksi yang dipimpin oleh Bu Ara adalah langkah kritis dalam memastikan bahwa keputusan yang diambil bersama memenuhi kebutuhan dan kenyamanan murid dalam belajar.

Situasi 3: Suara dan Pilihan Pak Atap

Pak Atap memfasilitasi proses diskusi yang membuka kesempatan bagi murid untuk menyuarakan preferensi mereka, sementara guru memberikan pandangan yang informatif tentang aspek keamanan dan logistik.

Proses pemilihan destinasi dengan menggunakan checklist kriteria menunjukkan pendekatan yang sistematis dan terarah dalam pengambilan keputusan.

Diskusi yang terbuka dan inklusif membantu mengeksplorasi ide-ide dan mengatasi potensi tantangan.

Selain itu, refleksi pasca pelaksanaan studi wisata memberikan kesempatan bagi peningkatan berkelanjutan, memastikan bahwa proses tersebut menjadi pembelajaran yang berkelanjutan bagi semua pihak.

Kesimpulannya, pendekatan partisipatif dalam perencanaan dan evaluasi studi wisata menghasilkan pengalaman yang lebih bermakna dan relevan bagi murid, sambil membangun keterampilan kolaboratif dan pengambilan keputusan yang penting dalam pengembangan mereka.

Situasi 4: suara, pilihan dan kepemilikan Pak Bahri

Pendekatan Pak Bahri untuk mendengarkan dan mengakomodasi gagasan murid membantu menciptakan program yang lebih relevan dan menarik bagi mereka.

Diskusi tentang jadwal dan sumber daya menunjukkan kolaborasi antara guru dan murid dalam merencanakan dan mengorganisir kegiatan.

Melalui promosi yang efektif oleh OSIS, partisipasi murid dalam kegiatan ekstrakurikuler meningkat, menunjukkan betapa pentingnya mendengarkan suara dan pilihan murid untuk menciptakan lingkungan belajar yang beragam dan inklusif.

Situasi 5: Pilihan dan kepemilikan

Dari situasi ini, terlihat bahwa memberikan kesempatan kepada murid untuk memilih dan memiliki proyek mereka sendiri dalam pembelajaran dapat menghasilkan solusi kreatif dan inovatif.

Guru TPK memberikan tantangan yang relevan dan memungkinkan murid untuk mengidentifikasi serta menyelesaikan masalah secara mandiri.

Melalui eksperimen dan penelitian, murid menemukan solusi pakan organik yang ekonomis. Kolaborasi dengan media lokal membantu memperluas dampak proyek mereka, bahkan menarik perhatian industri. Ini menunjukkan betapa pentingnya memberikan ruang bagi murid untuk mengambil inisiatif dan memiliki hasil dari pembelajaran mereka, memperkuat rasa kepemilikan mereka dalam proses pendidikan.

Baca Juga: Sisi Kedua dari Segitiga Restitusi Adalah Validasi Tindakan yang Salah Setiap Tindakan Kita Dilakukan dengan

Situasi 6: sda

Situasi 7: Suara dan Pilihan

Ide awal dari murid-murid mengilhami pembentukan program ITS yang sukses.

Meskipun mengalami kendala dana, kreativitas dan kerja keras murid-murid serta dukungan dari Pak Tegas memungkinkan program ini tetap berjalan.

Dengan menyediakan jasa service komputer sebagai langkah awal, murid-murid dapat mengumpulkan modal untuk mengembangkan program lebih lanjut.

Ini menunjukkan betapa pentingnya memberdayakan suara dan pilihan murid dalam menciptakan lingkungan belajar yang beragam dan inovatif.

Situasi 8: Pilihan

Dari situasi ini, kita bisa menyimpulkan bahwa inisiatif seperti pasar tradisional senin legi di Bank SALAM mencerminkan pentingnya memberikan ruang ekspresi bagi para warga belajar.

Pasar ini tidak hanya sekadar tempat untuk berbelanja, tetapi juga menjadi wadah bagi anak-anak untuk mengekspresikan preferensi dan kecenderungan mereka melalui permainan peran.

Dalam konteks pendidikan, memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk membuat pilihan dan mengekspresikan diri mereka adalah langkah penting untuk memperkuat rasa kepemilikan mereka terhadap lingkungan belajar mereka.

Ini juga dapat membantu dalam pengembangan kreativitas, kemandirian, dan penemuan identitas anak-anak.

Dengan demikian, pasar tradisional senin legi di Bank SALAM tidak hanya menjadi tempat untuk berinteraksi dan berbelanja, tetapi juga menjadi simbol dari pendekatan pendidikan yang inklusif dan mendukung perkembangan holistik anak-anak.

Situasi 9: Suara, Pilihan dan Kepemilikan

Dari pengalaman Alfonsina di Sanggar Anak Alam (SALAM) Yogyakarta, terlihat betapa pentingnya memberikan suara, pilihan, dan rasa kepemilikan kepada siswa dalam proses pembelajaran.

Di SALAM, Alfonsina diberi kebebasan untuk melakukan riset yang diminatinya, berpartisipasi dalam diskusi, dan merumuskan target masa depannya.

Pendekatan ini memungkinkan Alfonsina untuk berkembang secara baik, menghargai proses pembelajaran, dan merencanakan masa depannya dengan jelas.

Kesimpulannya, pendekatan pendidikan yang memperkuat peran siswa dalam pengambilan keputusan dan pengembangan diri mereka membawa dampak positif yang signifikan dalam pembentukan pribadi yang mandiri dan berdaya.

Situasi 10: Suara, Pilihan dan Kepemilikan

Dari beberapa situasi sekolah yang merancang program berbasis suara, pilihan, dan kepemilikan, terlihat bahwa memberikan kesempatan kepada murid untuk berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran dapat menghasilkan dampak positif.

Baca Juga: Tindakan Apa yang Harus Dilakukan Paling Awal oleh Guru/Kepala Sekolah dalam Berkolaborasi?

Dalam lingkungan pendidikan yang memungkinkan murid untuk mengemukakan suara dan membuat pilihan mereka sendiri, murid menjadi agen perubahan yang berharga bagi diri sendiri, teman-teman, dan lingkungan masyarakat mereka.

Ini mencerminkan pentingnya pendekatan pendidikan yang inklusif dan memberdayakan, di mana murid diberi kepercayaan dan tanggung jawab untuk mengambil peran aktif dalam pembentukan pengalaman belajar mereka.

Jadi, itulah contoh jawaban terkait studi kasus di atas, semoga bermanfaat.***

 

Disclaimer:

Kebenaran jawaban diatas tidak mutlak. Jawaban tersebut bersifat terbuka sehingga bisa dieksplorasi lagi lebih lanjut.

Editor: Siti Juniafi Maulidiyah

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler