Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 11 Halaman 51, Mempelajari Ciri Umum dari Teks Eksplanasi

15 September 2023, 08:25 WIB
Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 11 Halaman 51, Mempelajari Ciri Umum dari Teks Eksplanasi /Pexels.com / Ketut Subiyanto/

INFOTEMANGGUNG.COM - Adik-adik kelas 11, kita akan soal dalam Bab II dari buku Bahasa Indonesia kalian dengan teman Mempelajari Teks Eksplanasi. Inilah kunci jawaban Bahasa Indonesia kelas 11 halaman 51, mempelajari ciri umum dari teks eksplanasi.

 

Pertanyaan dari kunci jawaban Bahasa Indonesia kelas 11 halaman 51, mempelajari ciri umum dari teks eksplanasi adalah bagian materi Buku Bahasa Indonesia Untuk SMA/MA/SMK/MAK Kelas XI.

Baca Juga: 28 Soal PTS Ekonomi Kelas 11 Semester 1 Kurikulum 2013 dan Kunci Jawaban, Contoh Soal UTS

Pakai kunci jawaban Bahasa Indonesia kelas 11 halaman 51, mempelajari ciri umum dari teks eksplanasi sebagai bahan evaluasi. Mari sekarang kita mencermati kunci jawaban ini.

Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 11 Halaman 51, Mempelajari Ciri Umum dari Teks Eksplanasi

Kegiatan 1 Memahami Informasi dalam Teks Eksplanasi

Teks eksplanasi hampir sama dengan teks yang menceritakan prosedur atau proses terjadinya fenomena. Dengan teks ini, pembaca bisa memperoleh pemahaman tentang latar belakang terjadinya fenomena secara jelas dan logis.

Teks eksplanasi memakai banyak fakta dan pernyataan-pernyataan yang punya hubungan sebab akibat (kausalitas). Tetapi, sebab-sebab ataupun akibat-akibat itu berupa sekumpulan fakta menurut penulisnya.

Perhatikan contoh teks berikut ini!

Demonstrasi Massa

Akhir-akhir ini demonstrasi kerap terjadi hampir setiap waktu dan terjadi di berbagai tempat. Bahkan, demonstrasi sudah menjadi fenomena yang lumrah di tengah-tengah masyarakat kita.

Menanggapi fenomena tersebut, seorang kepala daerah menyatakan bahwa penyebab demonstrasi dan anarkisme tidak lain adalah faktor laparnya masyarakat.

Lantas ia mencontohkan rakyat Malaysia dan Brunei yang adem ayem, lantaran kesejahteraan mereka terpenuhi maka demonstrasi di negara-negara itu jarang terjadi.

Tentu saja komentar tersebut menyulut reaksi para mahasiswa. Mereka memprotes dan meminta sang bupati mencabut kembali pernyataannya.

Para mahasiswa tidak terima dan tidak merasa memiliki motif serendah itu. Mereka berpendirian bahwa demonstrasi yang biasa mereka lakukan murni untuk memperjuangkan kebenaran dan melawan kemungkaran yang terjadi di hadapannya.

Persoalannya kemudian, pendapat manakah yang benar; sang bupati atau pihak mahasiswa ataupun komponen-komponen masyarakat lainnya? Barangkali logika sang bupati dikaitkan dengan kebiasaan bayi atau anak kecil yang memang begitu adanya.

Kalau seorang bayi merasa lapar, ia akan ngamuk: menangis dan meronta-ronta. Namun, apabila logika sang bupati dibawa pada konteks yang lebih luas, jelaslah tidak relevan, misalnya membandingkan dengan kondisi rakyat di Malaysia ataupun Brunei yang adem-ayem, tidak seperti halnya rakyat Indonesia yang gampangan.

Demonstrasi massa tidak selalu disebabkan oleh urusan perut, bahkan banyak peristiwa yang sama sekali tidak didasari oleh motif itu. Dalam kaitannya dengan kebutuhan manusia, Abraham Maslow membaginya ke dalam beberapa tingkatan.

Baca Juga: 18 Soal PTS Fiqih Kelas 11 SMA/ MA Semester 1 Tahun 2023 dengan Kunci Jawabannya, Latihan Soal PTS/UTS

Kebutuhan yang paling mendasar adalah makan dan minum. Sementara itu, yang paling puncak adalah kebutuhan akan aktualisasi diri.

Namun demikian, pada umumnya demonstrasi massa justru lebih didasari oleh kebutuhan tingkatan akhir itu. Masyarakat berdemonstrasi karena membutuhkan pengakuan dari pemerintah ataupun pihak-pihak lain agar hak-hak dan eksistensi mereka diakui.

Karena merasa dibiarkan, hak-haknya diingkari, bahkan dinistakan, kemudian mereka berusaha untuk menunjukkan jati dirinya dengan cara berdemonstrasi.

Banyak fakta dapat membuktikannya. Demonstrasi massa pada awalawal reformasi di negeri ini pada tahun 1997–1998, bukan dilakukan oleh rakyat miskin ataupun orang-orang lapar.

Justru hal itu dilakukan oleh warga dari kalangan menengah ke atas, dalam hal ini adalah mahasiswa dan golongan intelektual. Belum lagi kalau merujuk pada kasus-kasus yang terjadi di luar negeri. Dalam beragam skala (besar atau kecil), demonstrasi bukan hal aneh lagi bagi negara-negara Eropa.

Demonstrasi yang mereka lakukan sudah tentu tidak didorong oleh kondisi perut yang lapar karena mereka pada umumnya dalam kondisi yang sangat makmur.

Perbandingan yang cukup kontras dengan melihat peristiwa terbaru di Korea Utara. Kondisi sosial ekonomi warga negaranya sangat jauh terbelakang. Kemiskinan menjadi pemandangan umum hampir melanda di seluruh pelosok negeri.

Akan tetapi, ketika Kim Jong-Il, pimpinannya itu meninggal, tak ada upaya penggulingan kekuasaan ataupun demonstrasi untuk menuntut perubahan politik di negerinya.

Padahal peluang untuk itu lebih terbuka. Justru yang terjadi kemudian hampir seluruh warganya menunduk hidmat, mengantar jenazah pimpinannya ke liang lahat.

Demikian pula jika kita melihat kembali kondisi masyarakat di negara tersebut. Kemiskinan sangat akrab di pinggiran kota dan di sudut-sudut desa di berbagai pelosok. Akan tetapi, mereka jarang melakukan demonstrasi: hanya satu-dua peristiwa.

Justru yang jauh lebih getol melakukan hal itu adalah warga yang tinggal pusat-pusat kota, yang secara umum mereka lebih makmur.

Dengan fakta semacam itu, nyatalah bahwa kemiskinan bukanlah penyebab utama untuk terjadinya gelombang demonstrasi. Akan tetapi, fenomena tersebut lebih disebabkan oleh kemampuan berpikir kritis dari warga masyarakat.

Mereka tahu akan hak-haknya, mengerti pula bahwa di sekitarnya telah terjadi pelanggaran dan kesewenang-wenangan. Mereka kemudian melakukan protes dan menyampaikan sejumlah tuntutan.

Apabila faktor-faktor itu tidak ada di dalam diri mereka, apa pun yang terjadi di sekitarnya, mereka akan seperti kerbau dicocok hidung: manggut-manggut dan berkata “ya” pada apa pun tindakan dari pimpinannya meskipun menyimpang, dan bahkan menzalimi mereka sendiri.

(Sumber: Kosasih)

Teks di atas terdiri atas paragraf-paragraf yang merupakan paparan mengenai akibat dan sebab maraknya demonstrasi diantara masyarakat.

Teks itu pun bisa dikelompokkan sebagai teks eksplanasi. Dari teks semacam itu diharapkan para pembaca bisa memahami proses berlangsungnya suatu peristiwa yang bersifat kausalitas dengan sejelas-jelasnya.

Dalam teks eksplanasi, penulis menggunakan banyak fakta yang memiliki fungsi sebagai penyebab atau akibat terjadinya suatu peristiwa. Bahkan, dapat dikatakan bahwa teks eksplanasi hampir semuanya berupa fakta. Untuk lebih jelasnya, perhatikan kembali paragraf keenam dan ketujuh di atas. Paragraf tersebut dibentuk oleh 4 buah kalimat yang semuanya berupa fakta.

Kalimat Keterangan

1. Kondisi sosial ekonomi warga negaranya sangat jauh terbelakang. Kemiskinan menjadi pemandangan umum hampir melanda di seluruh pelosok negeri. Akan tetapi, ketika Kim Jong Il, pimpinannya itu meninggal, tak ada upaya penggulingan kekuasaan ataupun demonstrasi untuk menuntut perubahan politik di negerinya. Padahal peluang untuk itu lebih terbuka.

Justru yang terjadi kemudian hampir seluruh warganya menunduk khidmat, mengantar jenazah pimpinannya ke liang lahat.

Fakta

2. Juga apabila kembali melihat kondisi warga di negeri ini. Kemiskinan sangat akrab di pinggiran kota dan di sudut-sudut desa di berbagai pelosok. Akan tetapi, mereka jarang melakukan demonstrasi: hanya satu-dua peristiwa. Justru yang jauh lebih getol melakukan hal itu adalah warga yang tinggal pusat-pusat kota, yang secara umum mereka lebih makmur. Fakta

Perhatikan pula contoh lainnya di bawah ini!

Jika memang sudah terkena anemia, jenis-jenis asupan alamiah seperti dari makanan, sudah tak praktis lagi. Ini disebabkan, makanan berzat besi perlu dikonsumsi dalam jumlah yang banyak dan itu tak memungkinkan. Makanya, asupan zat besi perlu ditambahkan sampai anemianya terkoreksi.

Biasanya, mereka merasa sehat kembali setelah satu atau dua hari berikutnya jika mengonsumsi asupan zat besi. Namun, itu menghilangkan gejalanya saja. Padahal, penyakitnya masih ada sewaktu-waktu bisa muncul kembali.

Oleh karena itu, agar anemia terkoreksi, dibutuhkan zat besi yang cukup sebagai cadangan di dalam tubuh. Cadangan zat besi itu berguna untuk mengganti sel darah merah yang hilang. Biasanya, asupan itu terus dikonsumsi selama satu–tiga bulan sampai anemianya terkoreksi betul.

Teks di atas juga tergolong ke dalam bentuk teks eksplanasi. Di dalamnya tergambar suatu paparan proses. Teks tersebut memaparkan secara kausalitas tentang proses penyembuhan penyakit anemia.

Pembacanya pun memperoleh pemahaman yang sangat jelas tentang cara-cara penyembuhan penyakit itu. Dengan contoh di atas, teks yang menjelaskan suatu proses, urutan kegiatan yang bersifat kausalitas, dapat digolongkan ke dalam teks eksplanasi.

Baca Juga: Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 11 Halaman 72 73 Kurikulum Merdeka, Kegiatan 3: Unsur Cerpen

Tugas:

1. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!

b. Bagaimana ciri umum dari teks eksplanasi?

Kunci jawaban

b. Ciri umum dari teks eksplanasi yaitu menggunakan banyak fakta dan pernyataan-pernyataan yang memiliki hubungan sebab akibat (kausalitas).

Lengkapnya teks eksplanasi itu terdiri dari pernyataan umum, urutan sebab akibat, dan interpretasi. Fakta yang diangkat menyertakan penjelasan ilmiah atau keilmuan. Informasi faktual artinya kejadian yang nyata terjadi. Bersifat informatif dengan tidak mencoba mengarahkan pembaca pada opini tertentu.

Demikian kunci jawaban Bahasa Indonesia kelas 11 halaman 51, mempelajari ciri umum dari teks eksplanasi. Semoga bermanfaat.***

Disclaimer:

Kebenaran jawaban di atas tidaklah bersifat mutlak.
Jawaban bersifat terbuka sehingga bisa dieksplorasi lagi lebih lanjut.

Dapatkan informasi terbaru terkait dunia pendidikan dengan bergabung di grup telegram kami. Mari bergabung di Grup Telegram dengan cara klik tombol dibawah ini:



Kamu juga bisa request kunci jawaban atau info lainnya dengan topik pendidikan.

 

Editor: Mariyani Soetrisno

Sumber: Buku.kemdikbud.go.id

Tags

Terkini

Terpopuler