Kendaraan Listrik Bisa Ramah Lingkungan? Cek Faktanya Disini!

- 19 Februari 2023, 11:10 WIB
Kendaraan Listrik Bisa Ramah Lingkungan Cek Faktanya Disini!
Kendaraan Listrik Bisa Ramah Lingkungan Cek Faktanya Disini! /Pexels.com/Kindel Media/

INFOTEMANGGUNG.COM – Kehadiran kendaraan listrik di Indonesia saat ini memang menjadi tren di masyarakat. Terlebih biaya dan perawatan yang ditawarkan lebih terjangkau, jika dibandingkan dengan kendaraan yang menggunakan BBM.

Di Indonesia sendiri angka penjualan kendaraan listrik bisa dibilang cukup tinggi jika dibandingkan dengan kendaraan konvensional yang masih menggunakan bahan bakar minyak (BBM).

Banyak masyarakat yang meyakini kendaraan yang menggunakan bahan bakar listrik bisa jauh lebih hemat dan ramah terhadap lingkungan.

Hal ini disebabkan oleh emisi yang dihasilkan oleh kendaraan listrik jauh lebih kecil dibandingkan mobil konvensional BBM.

Baca Juga: Mobil Listrik Termurah di Indonesia, Sebulan Sudah Dipesan 154 Unit, Segini Harganya

Data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan, emisi CO2 dari yang dihasilkan kendaraan listrik murni hanya 0-5 gram/km.

Berbeda dengan mobil konvensional yang menggunakan BBM. Emisi CO2 yang dihasilkan kendaraan dengan BBM bisa mencapai 125 gram/km.

Selain itu, kendaraan listrik juga menghasilkan polutan PM 2,5 yang lebih sedikit dibandingkan kendaraan konvensional BBM, yaitu 11-13 persen.

Namun apakah faktanya demikian? Mari kita kupas tuntas!

PEMBANGKIT LISTRIK YANG MENGGUNAKAN BATU BARA

Pemerintah Indonesia saat ini sedang gencar-gencar melakukan pengurangan dampak efek rumah kaca dari kendaraan konvensional yang menggunakan BBM.

Sehingga dalam hal ini pemerintah meminta masyarakat Indonesia bisa beralih dari kendaraan Bahan Bakar Minyak (BBM) berbasis fosil ke Bahan Bakar Nabati (BBN) dan listrik.

Dari segi pemanfaatan kendaraan dengan berbahan listrik bisa mengurangi polusi udara dan polusi suara udara.

Baca Juga: Luar Biasa! Pelajar SMKN 1 Rejang Lebong Sukses Rakit Sepeda Motor Listrik, Inovasi Di Bidang Otomotif

Namun sayangnya yang menjadi pekerjaan rumah program pemerintah ini adalah penggunaan bahan dari tenaga listrik itu sendiri.

Perekayasa Madya di Pusat Pengkajian Industri Proses dan Energi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Nugroho Adi Sasongko mengungkapkan lebih dari 60% pembangkit listrik di Indonesia adalah berbasis batubara dengan faktor emisi Jaringan Listrik Nasional di atas 780 gram CO2eq/kWh.

DAMPAK BATU BARA TERHADAP LINGKUNGAN

Dari proyeksi bahan yang digunakan oleh kendaraan listrik tersebut tentu akan ada dampak negatif terhadap lingkungan.

Bahkan menurut Nugroho Adi Sasongko, peraih gelar Doktor dari Universitas Tsukuba Jepang ini mengungkapkan Emisi karbondioksida dari proses pembakaran di dalam Pembangkit Listrik Tenaga Uap berbasis batubara melepaskan asap berbahaya.

Di antara bahan yang termasuk di dalamnya adalah sulfur, NOx serta partikel dan debu. Sehingga material-material ini dapat menyebabkan dampak turunan seperti hujan asam, penyakit pernapasan, bahkan perubahan genetik makhluk hidup jika melampaui ambang batas tertentu.

“Tentunya hal ini bertolak belakang dengan kebijakan pemerintah melalui Target Netralitas Karbon atau Net Zero Emission Target (NZE) di tahun 2050,” jelas Nugroho.

DAMPAK NEGATIF DARI KENDARAAN LISTRIK

Nugroho juga memaparkan setidaknya ada empat dampak negatif dari industrialisasi kendaraan listrik.

Di antaranya yaitu bahan berbahaya dan beracun (B3), konsumsi energi massif sepanjang proses produksi, jejak air (water footprint) yang luar biasa besar, serta kerusakan ekosistem.

Baca Juga: Wajib Simak! Inilah Daftar Harga Mobil Listrik di Indonesia, Harga Mulai Rp200 jutaan

Dan Ternyata, selain emisi GRK, ada sejumlah bahaya lain yang dampaknya juga relatif sangat besar terhadap manusia dan lingkungan.

”Kendaraan listrik sebagaimana produk manufaktur lainnya, memerlukan berbagai bahan baku di sepanjang rantai pasoknya, dimana jika tidak dikelola dengan baik, proses pengolahan material-material ini menghadirkan potensinya dalam merusak lingkungan dan kesehatan manusia,” pungkasnya.***

Editor: Rian Dwi Atmoko

Sumber: risetpro.brin.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah