IESR Menilai Kendaraan Listrik Lebih Menekan Emisi daripada Kendaraan Bahan Bakar Minyak

22 Februari 2023, 06:55 WIB
IESR Menilai Kendaraan Listrik Lebih Menekan Emisi daripada Kendaraan Bahan Bakar Minyak /wuling.id//

INFOTEMANGGUNG.COM Institute for Essensial Service Reform (IESR) menilai ekosistem kendaraan listrik jauh lebih efisien daripada kendaraan bahan bakar minyak.

Bahkan IESR menilai pembangunan ekosistem pada kendaraan tersebut mutlak dilakukan untuk meningkatkan minat masyarakat mengadopsi kendaraan listrik, mempercepat pemerataan infrastruktur, dan pengembangan industri kendaraan listrik dalam negeri.

Dalam laporan Indonesia Electric Vehicle Outlook (IEVO) tahun 2023, IESR menyebut pihaknya mencatat ketergantungan terhadap impor bahan bakar memicu terjadinya inflasi tahun 2022, imbas dari kenaikan harga BBM.

Pada catatannya, Konsumsi BBM meningkat rata-rata 1,2 juta kiloliter per tahun antara 2015 hingga 2020.

Baca Juga: Cara Merawat Motor Listrik, Apa Saja yang Perlu Diperhatikan? Simak Pembahasan Berikut Ini!

“Kenaikan nilai impor BBM menyebabkan devisa tergerus, melemahnya nilai tukar, dan memaksa pemerintah untuk melakukan penyesuaian harga BBM yang berdampak pada inflasi. Berbagai dampak ini bisa dihindari jika impor BBM dipangkas drastis,” kata Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa yang dikutip INFOTEMANGGUNG.COM dalam peluncuran IEVO 2023 melalui ANTARA.

Lanjut Fabby, “Salah satu caranya dengan meningkatkan penggunaan kendaraan listrik dan mensubstitusi kendaraan motor berbahan bakar minyak,".

KENDARAAN LISTRIK LEBIH RENDAH BIAYA OPERASIONAL

IESR mengatakan pada peluncuran IEVO yang dilakukan pada Selasa (21/02/23), penggunaan kendaraan listrik jauh lebih menekan emisi dan dinilai sangat rendah biaya operasional, jika dibandingkan dengan kendaraan yang menggunakan bahan bakar minyak (BBM).

IESR juga mengatakan dalam analisisnya, kendaraan listrik mengeluarkan emisi 7 persen lebih sedikit.

Kemudian, biaya operasional per kilometer (km)-nya lebih rendah 14 persen dibandingkan dengan kendaraan bahan bakar minyak.

Namun sayangnya, ketersediaan model kendaraan listrik yang terbatas, infrastruktur yang minim serta investasi awal yang tinggi, membuat masyarakat enggan beralih ke kendaraan listrik.

Baca Juga: Kendaraan Listrik Bisa Ramah Lingkungan? Cek Faktanya Disini!

PEMERINTAH HARUS PROAKTIF

Menurut Ilham RF Surya, Peneliti Kebijakan Lingkungan IESR yang juga merupakan salah satu penulis IEVO 2023, pemerintah perlu melihat aspek pasokan (supply) dari industri Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) dan tidak hanya permintaan (demand) masyarakat saja.

"Insentif potongan pajak bagi mobil listrik dan Rp7 juta bagi motor listrik sudah tepat, namun eligibilitas merek (brand) mobil/motor apa saja yang bisa menjadi penerima insentif harus diperhatikan. Pemberian insentif ini harus dikaitkan dengan pengembangan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), hanya 'brand' dengan kandungan TKDN tertentu yang boleh memperoleh insentif tersebut," kata Ilham.

Ilham juga beranggapan konversi motor listrik dapat menjadi alternatif lain elektrifikasi dengan harga yang lebih murah. Ditambah, konversi motor juga bisa menjadi sarana peremajaan motor-motor yang lebih tua.***

 

Editor: Septyna Feby

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler