"Puasa pada hari Tarwiyah menghapuskan (dosa) satu tahun, dan puasa pada hari Arafah menghapuskan (dosa) dua tahun" (Catatan: Syaikh Albani mengatakan hadits ini lemah).
Syaikh Albani berpendapat hadits yang berkaitan dengan puasa Tarwiyah mempunyai derajat lemah atau palsu. Berbeda dengan puasa Arafah yang bersandar pada sejumlah hadits yang shahih.
Salah satu hadits shahih mengenai pelaksanaan puasa Arafah diriwayatkan oleh Qatadah RA, Rasulullah SAW bersabda,
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ
"Puasa hari Arafah menghapus kesalahan-kesalahan yang dilakukan pada tahun lalu dan tahun yang akan datang," (HR Muslim, At Tirmidzi, dan Ibnu Majah).
Muhammad Ajib Lc dalam bukunya Keutamaan 10 Hari Pertama Bulan Zulhijah berpendapat meskipun tidak ada syariat mengenai puasa Tarwiyah, sebenarnya puasa tersebut sudah termasuk dalam puasa sunnah delapan hari sebelum Arafah.
Jadi menganai 10 hari puasa sebelum Idul Adha, Rasulullah SAW diketahui biasa mengerjakan puasa selama 9 hari pertama Dzulhijjah di dalamnya termasuk puasa Arafah.
Hal ini disebutkan dalam riwayat berikut ini:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَصُومُ تِسْعَ ذِى الْحِجَّةِ وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ وَثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ وَالْخَمِيسَ
Artinya: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam biasa berpuasa pada sembilan hari awal Dzulhijah, pada hari Asyura (10 Muharram), berpuasa tiga hari setiap bulannya, awal bulan di hari Senin dan Kamis," (HR. Abu Dawud).