Sementara di provinsi Idlib Suriah, Munira Mohammad, seorang ibu dari empat anak melarikan diri dari Aleppo, yang merupakan salah satu daerah dengan dampak terparah pasca gempa M 7,8. “Semuanya anak-anak di sini, dan kami membutuhkan penghangat dan persediaan. Tadi malam kami tidak bisa tidur karena sangat dingin. Ini sangat buruk.” Ucap Mohammad, dilansir dari Reuters.
Upaya Bantuan untuk Turki dan Suriah
Berbagai keluhan datang dari Turki, mulai dari kurangnya peralatan, keahlian, dan bala bantuan bagi orang-orang yang terjebak ketika teriak meminta pertolongan.
Namun setelah menerima kritik atas tanggapan awal, Erdogan mengatakan bahwa operasi telah berjalan normal dan menjanjikan tidak akan ada yang kehilangan tempat tinggal.
Pertolongan datang dari Yunani yang mengirim ribuan tenda, tempat tidur dan selimut pada hari Kamis, 9 Februari untuk para korban yang kehilangan tempat tinggal, sebagai tindakan solidaritas dengan tetangga yang merupakan sekutu NATO tetapi juga musuh bersejarah.
Begitu pula dengan Israel, pertolongan diberikan oleh Intelijen satelit yang membantu memetakan zona bencana di Turki dengan kemampuan pemetaan yang sebagian besar digunakan untuk operasi khusus, kata militer Israel.
Sementara di Suriah, upaya bantuan lebih sulit dilakukan karena adanya konflik yang telah memecah negara dan menghancurkan infrastrukturnya.
Sebuah konvoi kecil PBB memberikan bantuan dengan enam truk yang membawa obat-obatan, selimut, tenda, dan berbagai perlengkapan lainnya untuk korban gempa si Suriah.