Gempa yang Mengguncang Turki dan Suriah Melampaui 20.000 Jiwa, Ini Upaya Bantuan untuk Turki dan Suriah

10 Februari 2023, 17:31 WIB
Gempa yang Mengguncang Turki dan Suriah /Twitter.com / @enhypenupdates/

INFOTEMANGGUNG.COM – Gempa dahsyat berkekuatan M 7,8 yang mengguncang Turki dan Suriah pada Senin, 6 Februari lalu, kini telah melampaui lebih dari 20.000 jiwa. Diantaranya 17.046 korban dari Turki, sementara 3.300 berasal dari Suriah.

Jumlah tersebut telah melampaui korban yang tewas pada gempa yang melanda Turki tahun 1999, yang mana saat itu mencapai 17.000 orang meninggal dunia.

Berbagai Kisah Pasca Gempa M 7,8

Kondisi di kedua negara ini begitu memilukan. Di Adiyaman, Turki, tim penyelamat harus bekerja dalam keadaan gelap dengan suhu di bawah titik beku untuk menemukan korban selamat.

Selama proses pencarian, mereka sangat mengandalkan keheningan agar bisa mendengarkan suara siapapun di bawah balok beton dan reruntuhan. Sehingga reporter harus tetap tenang, kendaraan dan generator mesti dimatikan.

Baca Juga: Jumlah Korban Meninggal Gempa M 7,8 Mencapai 12.000 Jiwa, Terbesar Sepanjang Sejarah Turki

Di Hatay, Turki, penyelamatan anak laki-laki berusia dua tahun berhasil dilakukan setelah 79 jam terjebak di bangunan runtuh.

Cerita lainnya berasal dari Suriah tepatnya di kota Jandaris, seorang laki-laki bernama Ibrahim Khalil Menkaween berjalan di antara puing-puing reruntuhan sambil memegangi kantong mayat berwarna putih. Ia mengatakan telah kehilangan tujuh anggota keluarganya, termasuk istri dan kedua saudara laki-lakinya.

Sementara di provinsi Idlib Suriah, Munira Mohammad, seorang ibu dari empat anak melarikan diri dari Aleppo, yang merupakan salah satu daerah dengan dampak terparah pasca gempa M 7,8. “Semuanya anak-anak di sini, dan kami membutuhkan penghangat dan persediaan. Tadi malam kami tidak bisa tidur karena sangat dingin. Ini sangat buruk.” Ucap Mohammad, dilansir dari Reuters.

Upaya Bantuan untuk Turki dan Suriah

Berbagai keluhan datang dari Turki, mulai dari kurangnya peralatan, keahlian, dan bala bantuan bagi orang-orang yang terjebak ketika teriak meminta pertolongan.

Namun setelah menerima kritik atas tanggapan awal, Erdogan mengatakan bahwa operasi telah berjalan normal dan menjanjikan tidak akan ada yang kehilangan tempat tinggal.

Baca Juga: Gempa Jayapura Timbulkan Kerusakan dengan Magnitudo 5,4, Daryono: Menimbulkan Kerusakan pada Beberapa Bangunan

Pertolongan datang dari Yunani yang mengirim ribuan tenda, tempat tidur dan selimut pada hari Kamis, 9 Februari untuk para korban yang kehilangan tempat tinggal, sebagai tindakan solidaritas dengan tetangga yang merupakan sekutu NATO tetapi juga musuh bersejarah.

Begitu pula dengan Israel, pertolongan diberikan oleh Intelijen satelit yang membantu memetakan zona bencana di Turki dengan kemampuan pemetaan yang sebagian besar digunakan untuk operasi khusus, kata militer Israel.

Sementara di Suriah, upaya bantuan lebih sulit dilakukan karena adanya konflik yang telah memecah negara dan menghancurkan infrastrukturnya.

Sebuah konvoi kecil PBB memberikan bantuan dengan enam truk yang membawa obat-obatan, selimut, tenda, dan berbagai perlengkapan lainnya untuk korban gempa si Suriah.

Truk tersebut hanya diizinkan melewati penyebrangan Bab Al-Hawa di perbatasan Turki-Suriah. Namun setelah gempa, jalanan di penyeberangan tersebut rusak dan tumpukan puing menghalangi sekitarnya, sehingga bantuan menjadi terkendala.

Tim penyelamat lokal mengatakan, penundaan bantuan ini dapat menelan lebih banyak nyawa. Akhirnya mereka bekerja keras untuk membersihkan puing-puing dengan apa pun yang mereka miliki, termasuk tangan kosong.

Baca Juga: Doa Saat Terjadi Gempa Bumi dan Amalan Pelindung dari Berbagai Bencana Alam

Sementara beberapa warga Suriah yang tinggal di luar negeri mengaku melalui media sosial bahwa mereka tidak bisa mengirim uang ke Suriah. Hal tersebut dikarenakan adanya sanksi.

Pada akhirnya, beberapa pesawat dari sekutu utama Assad, yaitu Iran dan Rusia, serta beberapa negara Uni Emirat Arab, Mesir dan Irak telah menerbangkan bantuan ke Damaskus dan Aleppo. ***

Editor: Rian Dwi Atmoko

Sumber: Reuters dan sumber lain

Tags

Terkini

Terpopuler