Susan Gan juga menyampaikan bukti ilmiah dari KAERI (Korea Atomic Energy Research Institute), lembaga riset terbesar kedua setelah NASA, bahwa Hemohim (sejak tahun 2004) telah terbukti memiliki sifat anti-inflamasi di seluruh organ dan pembuluh darah, serta memiliki kemampuan sebagai obat kanker, anti-diabetes, penyakit autoimun, alergi, psoriasis, vitiligo, hipertensi, tukak lambung, gastritis, radang paru-paru, demensia, dan lain-lain.
Hal ini disebabkan oleh kemampuan Hemohim dalam menstabilkan sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan produksi sel darah merah dan sel darah putih. Dengan demikian, Hemohim dianggap sebagai solusi terbaik sebagai anti-inflamasi tanpa efek samping.
Selain itu, Hemohim juga memiliki peran sebagai antioksidan enzimatik yang mampu mengaktifkan Glutathione Peroxida sebagai penangkal radikal bebas dan stres oksidatif, sehingga dapat melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas dan stres oksidatif.
Dr. H Misri Hasanto, M.Kes, sebagai Konsultan Kesehatan ANB dan Pembina Rumah Herbal Indonesia, menanggapi bahwa Hemohim dapat dijadikan sebagai bagian dari pengobatan kedokteran karena telah diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Bahkan, beberapa puskesmas telah meresepkan herbal sebagai bagian dari pengobatan. Dr. H Misri, yang juga merupakan Pembina Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Terbaik Nasional tahun 2020 kategori Daerah Terpencil, menegaskan hal ini.
Demikian gambaran singkat cara uji obat secara ilmiah oleh para peneliti di Amerika Serikat dan sedikit gambaran perlakuan obat herbal di Indonesia. Semoga bermanfaat.***