Mengerikan! 6 Eksperimen Paling Sadis Sepanjang Sejarah, Nomor 6 Bikin Merinding

23 Mei 2023, 09:55 WIB
Mengerikan! 6 Eksperimen Paling Sadis Sepanjang Sejarah, Nomor 6 Bikin Merinding /Pexels.com / Artem Podrez/

INFOTEMANGGUNG.COM - Eksperimen adalah percobaan yang bersistem dan berencana untuk membuktikan kebenaran atas suatu teori. Penelitian dilakukan oleh para ilmuwan dengan melibatkan subjek atau partisipan sebagai bagian terpenting.

Eksperimen tak hanya dilakukan kepada hewan atau tumbuhan saja, ada juga dalam penelitian yang melibatkan manusia. Menjadikan manusia sebagai kelinci percobaan adalah suatu tindakan keji dan melanggar etika kemanusiaan. Terlebih lagi jika eksperimen yang dilakukan memakan korban bahkan hingga mengakibatkan nyawa melayang.

Tingkat kecerdasan manusia semakin meningkat seiring berkembangnya zaman. Berbagai pertanyaan juga hipotesis terkait ilmu pengetahuan tentang diri mereka, tubuh mereka sendiri, ataupun yang lain, melatarbelakangi diberlakukannya eksperimen atau penelitian oleh para ilmuan.

Baca Juga: Tak Hanya Kali Ini, Ini Dia Rumor Hubungan V BTS dan Jennie Blackpink yang Sempat Beredar Sebelumnya

Melalui eksperimen, maka terciptalah ilmu pengetahuan baru yang berguna bagi umat manusia. Namun, tahukah kamu, dalam sejarah peradaban manusia terdapat eksperimen yang dinilai sadis dan tak berperikemanusiaan? Di bawah ini adalah keenam eksperimen terkejam tersebut.

1. The Monster Study

The monster study adalah eksperimen  yang dilakukan pada tahun 1939, melibatkan 22 anak yatim berumur 5-15 tahun di Davenport, Iowa. Eksperimen ini dipimpin oleh Wendel Johnson, ahli patologi wicara dari University of Iowa. Ia dibantu oleh salah satu mahasiswa pascasarjananya bernama Marry Tudor.

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui efek berbagai terapi pada anak-anak yang mengalami gangguan bahasa dan komunikasi. Mereka juga ingin mengetahui faktor gagap bicara apakah disebabkan oleh genetik atau lingkungan. Percobaan the monster study dilakukan secara illegal dan menimbulkan banyak kontroversi di kalangan masyarakat. 

Cara kerja dari eksperimen ini yaitu 22 anak dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama berjumlah 12 orang dijuluki kelompok control, sedangkan sisanya berjumlah 10 orang diberi nama experiment. Para pelaku memberikan ucapan yang berbeda ke dua kelompok.

Kelompok control diberikan ucapan positif, sedangkan sisanya diberi perkataan negatif. Mereka rutin melakukan terapi tersebut setiap hari selama 45 menit dalam kurun waktu selama 6 bulan, yakni dari bulan Januari-Mei 1939.

Betapa mengejutkannya setelah 6 bulan berlalu, Marry dan Wendel mendapatkan hasil yang memuaskan. Anak-anak kelompok control menunjukkan adanya perubahan. Mereka berubah menjadi lebih baik. Namun, di antara 12 anak itu, hanya dua orang anak yang memiliki keterampilan berbicara yang baik, sementara yang lain biasa saja.

Eksperimen sadis ini memberikan dampak besar pada anak kelompok kedua. Mereka mengalami gangguan psikologis jangka panjang. Kelompok experiment berubah menjadi sosok pendiam, sering melamun, kesulitan bicara atau gagap, tak percaya diri, selalu membenarkan kata yang mereka ucapkan, menolak diajak bicara, sering merasa cemas, dan kabur dari sekolah untuk menjadi kuli.

Pada saat publik mengetahui kebenaran eksperimen ini, Mahasiswa jurusan psikologi  Universitas of Iowa lantas menamai eksperimen ini dengan julukan The Monster Study karena dampaknya yang mengerikan.

Pada tahun 2001, pihak Universitas meminta maaf atas hal yang terjadi karena eksperimen tersebut. Di tahun 2007, pihak Universitas memberikan dana bantuan sebesar 925 USD atau setara dengan 13 milyar kepada anak yatim yang terlibat. 

2. The Aversion Project

The Aversion project merupakan eksperimen dengan teknik aversi psikologi yang memiliki maksud untuk memperbaiki perilaku buruk dengan cara yang sadis. Eksperimen ini dilakukan di Afrika Selatan dan diketuai oleh Dr. Aubrey Levin, seorang mantan kolonis sekaligus dokter kejiwaan Angkatan Pertahanan Afrika Selatan.

The aversion project berlangsung dari tahun 1971-1989. Yang melatarbelakangi percobaan ini yaitu kaum gay dan lesbi yang menimbulkan rasa risih di kalangan masyarakat, karena pada saat itu homoseksual dianggap penyakit kejiwaan.

Subjek dari eksperimen ini yaitu anggota militer yang memiliki penyakit homoseksual. Pada waktu itu, jika ada anggota militer yang ketahuan terkena orientasi seksual akan diseret paksa ke rumah sakit militer dan diletakkan di bangsal yang diberi nama bangsal 22.

Penyembuhan sadis tersebut dilakukan dengan cara pengebirian kimia, kejut listrik, hingga operasi ganti kelamin. Terhitung ada 99 anggota militer berusia 16-24 tahun yang melakukan operasi kelamin secara paksa. Yang paling membuat mirisnya lagi, eksperimen the aversion project dilakukan atas persetujuan negara.

Singkat cerita, pada tahun 2014 terdengar kabar bahwa pelaku eksperimen, Aubrey Levin, dipenjara selama 5 tahun atas dakwaan kekerasan seksual kepada 30 pasien laki-lakinya saat ia pindah ke Kanada. Ia berprofesi sebagai dokter. Itu artinya Aubrey telah menderita penyakit homoseksual.  

3. Project 4.1

Penduduk Kepulauan Marshall, Amerika Serikat, telah menjadi korban atas eksperimen sadis dalam percobaan efek radioaktif uji coba peledakan nuklir bravo castle pada tanggal 1 Maret tahun 1954 di Bikini Atoll. Project 4.1 telah berjalan selama beberapa puluh tahun.

Selama 10 tahun pertama, efek percobaan ini sangat menyeramkan. Jumlah kematian bayi dan ibu hamil meningkat. Anak-anak yang berhasil lahir menjadi terhambat pertumbuhannya.

Banyak anak-anak tersebut menderita kanker tiroid akibat terpapar sinar radioaktif dan sepertiga lainnya terkena neoplasma yang pada waktu itu dikembangkan di tahun 1974.

Karena banyaknya hal buruk terjadi, maka Kementerian Sumber Daya Amerika Serikat menyimpulkan eksperimen ini memiliki tujuan ganda. Selain menguji rudal atom, tapi juga menjadikan penduduk Kepulauan Marshall sebagai kelinci percobaan dari nuklir yang dilakukan oleh pemerintah.

4. Eksperimen STD Guatemala atau Eksperimen Sifilis Guatemala

Eksperimen STD Guatemala merupakan contoh lain dari proyek pemerintah Amerika Serikat yang mengakibatkan efek mengerikan dan dilakukan secara ilegal. Perlu diketahui bahwa STD adalah singkatan dari Sexually Transmitted Diseases (penyakit menular seksual).

Penelitian dilakukan untuk menguji keampuhan berbagai obat-obatan penyakit seksual seperti sifilis dan gonore. Eksperimen  ini berlangsung dari tahun 1946-1948 dan dipimpin oleh Dr. John Charles Chutler.

Jumlah subjek penelitian eksperimen STD Guatemala yakni  berkisar 5500 orang. Sekira 1500 orang sengaja diinfeksi dengan sifilis dan gonore. Para dokter menginfeksi tentara, PSK, narapidana, dan pasien gangguan jiwa supaya terkena sifilis dan penyakit seksual lainnya.  Akibatnya sebanyak 83 orang meninggal dunia.

Setelah Guatemala menggugat percobaannya, pada tanggal 1 oktober 2010 Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, secara resmi menyampaikan permohonan maaf kepada Guatemala atas pelanggaran etika dan kejahatan terhadap manusia.

5. Tuskegee Syphilis Study

Program penelitian kontroversial selanjutnya disponsori pemerintah Amerika. Korban eksperimen tuskegee spyphilis study yaitu pria berkulit hitam keturunan Afrika-Amerika di Tuskegee, Albama, pada tahun 1932-1972. 

Para korban ditipu oleh peneliti. Mereka mengatakan kepada subjek bahwa di dalam tubuh mereka terdapat darah kotor yang harus diobati. Layanan Kesehatan Publik Amerika bertanggung jawab atas pemantauan, identifikasi, serta mencari tau obat untuk penyakit semua warga Amerika.

Sehingga di tahun 1931 Layanan Kesehatan Publik Amerika Serikat mendekati Tuskegee University untuk membuat sebuah kelompok penelitian.

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari efek sifilis yang tidak diobati pada pria berkulit hitam selama 6-9 bulan. Mereka menjanjikan adanya pengobatan lanjutan penyakit sivilis ini. Namun kenyataannya tidak. Eksperimen yang semula berencana akan dilaksanakan selama 6-9 bulan malah berkepanjangan dan terus berlangsung hingga 40 tahun lamanya.

Sebenarnya di tahun 1945 obat sifilis sudah ditemukan dan bernama penicillin. Tetapi dengan sadisnya, para korban tidak diberi obat dan mereka dibiarkan mati perlahan tanpa perawatan selama eksperimen ini berlangsung.

Total korban akibat eksperimen Tuskegee syphilis study berjumlah 128 orang. Selain itu 40 istri pria kulit hitam juga turut terinfeksi dan 19 anak mereka terlahir dengan penyakit sifilis. Hingga akhirnya pada tanggal 25 Juli 1972, eksperimen tak berperikemanusiaan ini pun berakhir.

6. Unit 731

Nana shan ichi butai adalah nama divisi biologi kimia rahasia Angkatan Darat kekaisaran Jepang selama perang dunia ke dua. Divisi inilah yang mempelopori eksperimen unit 731 ini di bawah komando Jendral Shiro Ishii, terhadap tahanan perang dan penduduk desa di Harbin China.

Pada waktu itu, unit ini digadang-gadang sebagai unit tersadis di Jepang. Pada awalnya, para partisipan merupakan sukarelawan dari mulai tentara, kriminal, hingga orang miskin setempat. Sebelumnya mereka telah mengisi formulir persetujuan dan  dijanjikan akan dibayar.

Baca Juga: Cerita Dongeng: Asal Terbentuknya Danau Toba Sumatera Utara

Saat stok sukarelawan menipis, Unit 731 menggunakan tahanan perang dari China, Rusia, Korea, Mongolia, Asia tenggara, Amerika, dan orang biasa sebagai subjek eksperimen. Mereka memandang subjek bukan lagi sebagai manusia melainkan subjek sebagai marutem atau balok kayu.

Unit 731 membawa warga termasuk orang tua dan balita, ke markas penjara untuk disuntik dan ditularkan berbagai macam penyakit seperti sifilis dan gonore. Selain itu, para korban juga dibekukan untuk mengetahui efek dan cara penanggulangan penyakit radang dingin.

Kekejaman mereka berlanjut pada pembedahan subjek yang sudah diinfeksi saat mereka hidup atau sadar. Mereka juga melakukan tindakan amputasi pada bagian lengan tubuh hanya untuk mengetahui dampak kondisi tubuh saat kehilangan darah.

Meskipun belum diketahui secara pasti jumlah korban, namun sepanjang tahun 1930-1940 diperkirakan mencapai 200-500 ribu korban. Hingga tibalah pada bulan Agustus 1945 setelah kota Hiroshina dan Nagasaki dibom Amerika, Jepang menyerah kepada sekutu dan unit ini pun resmi dibubarkan.

Berdasarkan fakta sejarah, kita dapat melihat dan mengamati bahwasanya beberapa ilmu pengetahuan yang ada kini, berasal dari percobaan tak manusiawi yang dilakukan peneliti terdahulu.

Hal ini membuktikan bahwa selain diberikan otak yang cerdas, manusia juga terkadang bisa menjadi makhluk kejam melebihi hewan demi mencapai ambisi mereka. Bahkan beberapa eksperimen dilakukan atas persetujuan pemerintah.

Selain itu, kita juga dapat mengetahui ternyata negara maju seperti Amerika dan jepang, dibalik kesuksesan negaranya, mereka memiliki sejarah yang kelam.

Baca Juga: Cerita Dongeng: Kisah Roro Jonggrang Legenda Candi Prambanan dari Jawa Tengah

Eksperimen di atas sudah jelas menimbulkan kerugian terutama bagi para korban, meski dibalik itu ada hasil yang bisa diambil. Walaupun demikian, tetap saja mengorbankan sesama manusia demi mencapai tujuan bukanlah hal yang dibenarkan.

Mengorbankan orang lain demi keuntungan sendiri menjadi hal yang sepatutnya kita jauhi. Semoga dengan adanya informasi mengenai beberapa eksperimen sadis sepanjang sejarah tersebut membuat kita sadar akan pentingnya kemanusiaan dan bisa lebih memanusiakan manusia.***

Editor: Kun Daniel Chandra

Sumber: YouTube Nessie Judge

Tags

Terkini

Terpopuler