Cerita Dongeng: Si Pitung Pejuang Betawi, Kisah Rakyat dari Jakarta

6 Juni 2022, 11:32 WIB
cerita dongeng si pitung /infowisataid/

InfoTemanggung.com - Si Pitung adalah cerita dongeng yang berasal dari Betawi atau DKI Jakarta. Cerita rakyat ini sangat terkenal di Indonesia sebab menyeret nama Belanda yang sangat kejam.

Sebelum Indonesia merdeka, lahirlah si Pitung dari pasangan Pak Piun dan Bu Pinah. Seiring berjalannya waktu, Pitung tumbuh menjadi seorang remaja yang tampan, gagah, baik dan rajin ibadah.

Suatu hari, ketika pulang dari kebun dia mendapati Babah Liem seorang keturunan Cina, sedang memarahi dan memukuli rakyat jelata yang bekerja dengannya. Babah Liem memaksa lelaki itu untuk membayar pajak yang cukup mahal.

Baca Juga: Cerita Dongeng Anak Nusantara: Kisah Bawang Merah dan Bawang Putih

Meskipun lelaki ini tidak memiliki uang sepeser pun, Babah Liem tidak mau tahu dan terus memukulinya. Hal ini membuat Pitung geram dan ingin membalas perbuatan tuan tanah yang sering mendekati Belanda itu.

Pitung akhirnya berguru kepada Haji Naipin, tokoh Betawi yang dikenal dengan ilmu bela diri berupa pencak silat. Mengetahui niat Pitung yang ingin menumpas kejahatan, beliau menerima Pitung sebagai muridnya.

Setiap hari sepulang membantu ayahnya, Pitung berlatih di rumah Haji Naipin. Hingga ilmunya kini sangat mumpuni dan dia berani menantang kejahatan Babah Liem agar tidak semena-mena dengan rakyat jelata.

Baca Juga: Cerita Dongeng Sebelum Tidur: Candra Kirana, Si Keong Emas

Disebutkan dalam cerita dongeng, Pitung berhasil menang melawan Babah Liem. Kekalahan Babah Liem dan pengawalnya sampai ke telinga Belanda. Hal ini membuat pihak Belanda marah dan ingin menangkap Pitung.

Akhirnya Pitung membentuk sebuah perguruan yang di dalamnya mengajarkan agama Islam dan ilmu bela diri. Dia menyusun banyak rencana agar bisa mensejahterakan rakyat jelata yang sering kelaparan.

“Anto, Sabeni dan yang lain, mulai hari ini kita akan merampok rumah para tuan tanah yang tamak” kata Pitung yang disetujui oleh pengikutnya.

Baca Juga: Cerita Dongeng: Asal Terbentuknya Danau Toba Sumatera Utara

Beberapa rumah tuan tanah sudah berhasil disatroni dan hasil curian tersebut dibagikan kepada rakyat jelata. Namun, menurut cerita dongeng suatu hari Pitung bernasib buruk sebab dia tertangkap basah oleh pemilik rumah yang akan dirampoknya.

Hal ini disampaikan kepada pihak Belanda yang semakin membuatnya geram. Schout Heyne memerintahkan prajuritnya untuk menangkap si Pitung. Sayangnya, hal tersebut tidak berhasil sebab Pitung sangat sakti.

Schout Heyen tidak kehabisan akal dan memancing Pitung untuk menyerahkan diri. Caranya adalah dengan menculik ayah dan guru si Pitung. Setelah keduanya berhasil ditangkap, mereka akan dipenggal jika Pitung tidak juga menyerahkan diri.

Baca Juga: Cerita Dongeng: The Gingerbread Man Manusia Kue Jahe

Kabar ditangkapnya ayah dan guru, tidak serta merta membuat Pitung menyerahkan diri begitu saja. Dia mengirimkan sebuah surat yang meminta agar guru dan ayahnya dilepaskan. Jika keduanya sudah dilepaskan, maka dia akan menyerahkan diri.

Belanda tidak kalah taktik, dalam cerita dongeng menyebutkan dia melepaskan ayah Pitung namun tidak dengan gurunya. Pihak Belanda akan melepaskan Haji Naipan apabila Pitung sudah menyerahkan diri.

“Aku akan menyerahkan diri, namun tidak untuk dipenggal. Semua harta-harta yang sudah aku curi akan aku kembalikan” kata Pitung dalam suratnya.

Baca Juga: Cerita Dongeng: Malin Kundang si Anak Durhaka

Setelah disetujui pihak Belanda, Pitung menyerahkan diri. Sayangnya, Belanda mengingkari persetujuan yang sudah dibuat sebelumnya.

Belanda justru menembaki tubuh si Pitung dengan peluru emas. Tubuh Pitung bersimbah darah dan nyawanya tidak tertolong.

Sesudah meninggal, makamnya dijaga oleh tentara karena dipercaya bahwa Pitung akan bangkit kembali. Meski begitu, hingga saat ini makam dan rumahnya sangat terawat dengan baik.

Itulah cerita dongeng si Pitung yang berusaha melawan Belanda dan berkorban demi rakyat jelata. Pesan moral kisah rakyat ini adalah berbuat baiklah demi menegakkan keadilan, meskipun taruhannya adalah nyawa. Jangan memiliki hati jahat dan licik seperti Babah Liem dan Schout Heyen.***

Editor: Siti Juniafi Maulidiyah

Sumber: infowisataid

Tags

Terkini

Terpopuler