Karena selalu ada kemungkinan dimana kita sendiri tidak mempertimbangkan kondisi dan kemampuan yang ada saat kita menuntut sesuatu dilaksanakan.
Barangkali kita hanya menginginkan sesuatu tanpa mempedulikan situasi dan kondisi pendukungnya.
Lukas 17:3-4 menyatakan bahwa jika ada sesama kita yang berbuat dosa, kita wajib menegur mereka. Namun jika mereka menyesal, kita harus mengampuninya. Bahkan jika ia bersalah pada kita sebanyak tujuh kali sehari lalu ia mengatakan menyesal, kita tetap harus mengampuni dia.
Baca Juga: Saat Teduh Hari Ini 18 Juni 2022: Ia Membuat Segala Sesuatu Indah Pada Waktunya
Karena tanpa pengampunan, kita akan merusak diri kita sendiri karena memendam kemarahan. Berusahalah mengampuni orang yang bersalah pada kita, namun lakukanlah tindakan konstruktif atau membangun dengan upaya perbaikannya.
Jika orang yang terlibat itu kurang kemampuannya, bantulah dia meningkatkannya. Jika ia tidak mengerti instruksinya, bantulah dengan menjelaskannya secara rinci.
Mungkin kondisi kurang mendukung, upayakanlah kondisi yang lebih baik dengan memikirkan cara alternatif.
Semua ini menunjukkan kita mengelola kemarahan kita dengan melakukan tindakan konstruktif agar apa yang kita inginkan bisa dilaksanakan.
Dengan begitu, kita dapat membantu diri sendiri serta orang lain yang terlibat untuk memandang persoalan secara jernih dan melakukan perbaikan dengan hati tenang.***