INFOTEMANGGUNG.COM - Dalam sebuah lingkungan belajar seperti sekolah Merdeka, pembelajaran tidak hanya sebatas pada kurikulum akademik.
Hal-hal seperti pembelajaran sosial emosional juga memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan siswa dan staf pengajar.
Cerita tentang persiapan perlombaan 17 Agustus di sekolah Merdeka adalah contoh nyata dari bagaimana pembelajaran sosial emosional dapat memengaruhi interaksi sehari-hari.
Pada bulan Juli, sekolah Merdeka sibuk mempersiapkan kendaraan hias untuk acara defile 17 Agustus di kecamatan setempat.
Di tengah semangat persiapan ini, muncul konflik antara dua guru, yaitu Pak Riki dan Pak Nano, yang ingin menghias bagian depan mobil.
Namun, kepala tim, Pak Sanjaya, memainkan peran yang sangat penting dalam mengelola konflik ini.
Dengan bijak, dia mengajak mereka untuk berdiskusi dan menawarkan solusi yang akhirnya diterima oleh Pak Riki.