Network
INFOTEMANGGUNG.COM - Risiko inheren operasional menjadi salah satu fokus utama bagi setiap organisasi. Dalam menghadapinya, diperlukan pemahaman mendalam terhadap parameter atau indikator yang digunakan untuk menilai risiko tersebut.
Kompleksitas operasional, volume transaksi, ketergantungan pada teknologi dan sumber daya manusia, lingkungan hukum dan regulasi, keberlanjutan pasokan, reputasi dan citra merek, serta komunikasi dan koordinasi merupakan beberapa faktor kunci yang perlu diperhatikan.
Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi lebih lanjut tentang parameter-parameter ini dan bagaimana mereka memengaruhi risiko inheren operasional suatu organisasi. Pemahaman yang baik tentang hal ini penting dalam mengelola dan mengurangi risiko operasional yang dapat berdampak pada keseluruhan kinerja organisasi.
Baca Juga: Analisislah Mengapa Dikatakan Bahwa Dari Sudut Dana Kekuasaan Federalisme
Soal
Apa saja yang menjadi parameter atau indikator penilaian risiko inheren operasional?
Jawaban
Parameter atau indikator penilaian risiko inheren operasional dapat bervariasi tergantung pada konteks dan jenis operasional yang sedang dinilai. Namun, beberapa parameter atau indikator umum yang dapat digunakan untuk menilai risiko inheren operasional antara lain:
• Kompleksitas Operasional: Tingkat kompleksitas dalam proses operasional dapat meningkatkan risiko kesalahan atau kegagalan sistem. Semakin kompleks operasional suatu organisasi, semakin tinggi risiko inheren operasionalnya.
• Volume Transaksi: Jumlah transaksi atau aktivitas yang dilakukan dalam operasional dapat menjadi indikator risiko inheren. Semakin tinggi volume transaksi, semakin besar kemungkinan terjadinya kesalahan atau kegagalan yang dapat menyebabkan kerugian.
• Ketergantungan pada Teknologi: Jika operasional organisasi sangat tergantung pada teknologi, maka risiko inheren operasional terkait dengan kegagalan teknologi, kerentanan keamanan, atau ketidakmampuan teknologi untuk memenuhi kebutuhan operasional dapat menjadi faktor penilaian risiko.
