Tak berapa lama, istri Si Miskin hamil tiga bulan. Sang istri ingin sekali makan buah tempelam (mangga) yang ditanam di taman raja.
Segera Si Miskin menolaknya dan istrinya menangis karena menginginkan buah tersebut. Si Miskin berjanji akan membawakan buah tersebut, dan istrinya pun berhenti menangis.
Si Miskin pergi ke pasar dan menemui pedagang buah, meminta buah tempelam yang busuk untuk istrinya yang sedang hamil.
Orang-orang yang biasanya mengusir dan memukulinya, merasa kasihan. Mereka tidak hanya memberikan buah tepelam, tetapi juga nasi, bahan pakaian, dan buah-buahan.
Ketika sesampainya di rumah, ia menceritakan apa yang Ia peroleh dari pasar. Istrinya menangis menolak semua pemberian itu. Istrinya hanya menginginkan buah tempelam yang ditanam di taman raja.
Karena tidak tahan dengan istrinya, Si Miskin nekat menghadap Maharaja Indera Dewa yang saat itu sedang mengadakan pertemuan.
Si Miskin meminta buah tempelam yang sudah jatuh untuk istrinya. Raja memberikannya setangkai. Ketika ia sampai di rumah, istrinya sangat senang.
Tiga bulan kemudian, sang istri menginginkan buah nangka yang ditanam di taman raja. Si Miskin pun pergi menghadap baginda raja dan bersujud memohon buah nangka. Baginda raja pun memberikannya.
Hingga akhirnya sang istri melahirkan seorang anak laki-laki yang sangat tampan. Mereka memberinya nama Markaramah, yang artinya anak di dalam kesukaran.
Kemudian si Miskin ingin membangun rumah untuk mereka bertiga. Ketika ia menggali tanah untuk menancapkan tiang, ia menemukan telaju yang berisi banyak emas.