Network
INFOTEMANGGUNG.COM - Berikut adalah kunci jawaban buku akidah akhlak Kelas 12 SMA Kurikulum 2013 Pertanyaan 6 pada halaman 17 pada Bab 1. Menghayati dan Mengamalkan 7 Asmaul Husna.
Siswa kelas 12 SMA belajar tentang materi akidah akhlak yang telah disusun sesuai dengan kurikulum yang berlaku dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh para siswa.
Baca Juga: Kunci Jawaban Buku Akidah Akhlak Kelas 12 SMA Kurikulum 2013 Bab 1 Pertanyaan 1 Halaman 17
Pada buku ini terdapat latihan soal yang telah dilengkapi dengan pembahasan di setiap soal yang dapat digunakan oleh para siswa. Soal ini juga berfungsi sebagai acuan untuk mengukur tingkat pemahaman pada diri siswa.
Penjelasan Soal :
Maksud Allah SWT mengungkapkan diri-Nya (Zat-Nya) dengan menggunakan kata Kami…
Pembahasan :
Dalam Al-Qur'an, Allah SWT menggunakan kata ganti tunggal atau mufrad " Aku", "Dia", atau "Engkau". Tetapi dalam beberapa ayat Allah SWT menggunakan kata orang pertama jamak "Kami". Untuk kata ganti "Anta" atau "Huwa" untuk mewakili zat-Nya, hal ini sudah maklum karena semua kata ganti itu akan merujuk pada ketunggalan atau keesaan Allah SWT. Sementara kata ganti orang pertama jamak seperti "Nahnu" merujuk pada dua atau lebih entitas sehingga tidak dapat mewakili zat-nya yang Esa.
Baca Juga: Kunci Jawaban Buku Akidah Akhlak Kelas 12 SMA Kurikulum 2013 Bab 1 Pertanyaan 2 Halaman 17
Semua kata ganti orang pertama jamak bagi Allah SWT tidak dipahami secara literal karena bertentangan dengan hukum akal dan nash agama tersebut. Dalam Al-Qur'an contoh penggunaan kata ganti jamak, dapat ditemukan pada ayat berikut, yang artinya " Sungguh, Kami menurunkan Al-Qur'an. Kami juga penjaganya".
Ulama menjelaskan mengenai penggunaan kata ganti orang pertama jamak untuk Allah SWT sebagai bentuk pengagungan diri atau bentuk pertunjukan terhadap kuasa-Nya.Hal ini dapat dilihat dalam surah Al-Baqarah ayat 34 yang artinya " Dan ingat ketika Kami mengatakan kepada para malaikat, Sujudlah kepada Adam". Ahli tata bahasa Arab memakai kata ganti "Nahnu" (Kami) merujuk pada satu persoalan sebagai lil mutakallim ma'al ghair (untuk mengagungkan diri sendiri) di samping makna hakiki tersebut (kata ganti orang pertama jamak).
