Meskipun sistem kalender sudah diganti, namun hitungan tahun Saka yang saat itu mencapai 1555 tidak diulang menjadi 1, tetapi tetap dilanjutkan.
Hal itu dilakukan untuk menjaga asas kesinambungan kerajaan dan berkaitan juga dengan toleransi.
Karena menggunakan sistem kalender bulan yang digunakan pada penanggalan Hijriyah maka saat ini kita juga bisa menemukan kemiripan lain, yaitu nama-nama bulannya.
Contohny adalah Bulan Sawal dan Dulkaidah yang merupakan serapan dari Bulan Syawal dan Dzulhijah dalam kalender Hijriyah.
Selain itu, ada pula nama Bulan Mulud yang merupakan bulan diadakannya peringatan maulid Nabi Muhammad Saw.
Nama bulan pertama dalam penanggalan Jawa, yaitu Sura juga berkaitan dengan Bulan Muharram pada penanggalan Hijriyah.
Sura diambil dari kata Asyura yang merupakan perayaan yang ada setiap tanggal 1 Muharram.
Yang mungkin tidak terdengar asing adalah Bulan Pasa (dibaca poso seperti dalam menyebut kata lontong).
Nama bulan ini diambil dari kata puasa yang merupakan ibadah wajib bagi umat Islam saat memasuki Bulan Ramadan.
Pada dasarnya semua bulan dalam penanggalan Jawa memang berkaitan atau mengadopsi nama-nama bulan Hijriyah.