Fase Kedua (1825 - 1830)
Terjadi bersamaan dengan perang Diponegoro. Belanda lebih memusatkan perhatian pada perang Diponegoro untuk menguasai wilayah Jawa.
Pada akhir fase ini Belanda merasa kewalahan dan mengajak orang-orang Padri untuk berdamai. Ajakan tersebut ditolak oleh kaum Padri karena pengalaman di fase sebelumnya.
Fase Ketiga (1830 - 1838)
Kaum adat bersatu dengan kaum Padri untuk melawan Belanda. Mereka berhasil memutus sarana komunikasi benteng Belanda yang berada di tanjung Alam dan Bukittinggi.
Belanda menerapkan strategi Benteng stelsel yang bertujuan untuk mempersempit dan memblokade daerah lawan.
Beberapa pemimpin kaum Padri menyerah kecuali Tuanku Imam Bonjol. Hingga pada akhirnya Benteng Bonjol berhasil dikuasai dan Tuanku Imam Bonjol berhasil ditangkap oleh Belanda.
Strategi Perang yang Diterapkan Belanda dalam Memenangkan Perang Padri
Strategi perang yang digunakan Belanda sama dengan strategi yang digunakan pada perang Diponegoro
Benteng Stelsel adalah taktik strategi Belanda berupa sistem perbentengan yang menyebar di seluruh wilayah jajahan.
Strategi Benteng Stelsel dicetuskan oleh Jenderal Hendrick Markus De Kock yang merupakan pimpinan tertinggi dari pasukan kolonial Belanda.
Ada beberapa tujuan dari strategi benteng Stelsel adalah :