Eksplorasi Konsep Modul 1.1 Guru Penggerak Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Ki Hadjar Dewantara

19 Juni 2024, 08:19 WIB
Eksplorasi Konsep Modul 1.1 Guru Penggerak Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Ki Hadjar Dewantara /Pexels.com / Roxanne Minnish/

INFOTEMANGGUNG.COM – Berikut inilah eksplorasi konsep modul 1.1 Guru Penggerak refleksi filosofis pendidikan nasional - Ki Hadjar Dewantara.

Kali ini kita akan membahas eksplorasi konsep modul 1.1 Guru Penggerak refleksi filosofis pendidikan nasional - Ki Hadjar Dewantara.

Yuk perhatikan ulasan eksplorasi konsep modul 1.1 Guru Penggerak refleksi filosofis pendidikan nasional - Ki Hadjar Dewantara ini.

Baca Juga: KHD Menjelaskan Bahwa Dasar Pendidikan Anak Berhubungan dengan Kodrat Alam dan Kodrat Zaman Kodrat

- Asas Pendidikan Ki Hadjar Dewantara

Contoh Jawaban

Ki Hadjar Dewantara (KHD) membedakan secara jelas antara pendidikan dan pengajaran dalam memahami arti dan tujuan pendidikan.

Menurut KHD, pengajaran (onderwijs) adalah bagian integral dari pendidikan.

Pengajaran merupakan proses pendidikan yang fokus pada pemberian ilmu atau keterampilan yang bermanfaat bagi kecakapan hidup anak, baik secara lahir maupun batin.

Di sisi lain, pendidikan (opvoeding) memiliki cakupan yang lebih luas, yaitu memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak.

Tujuannya adalah agar anak mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.

Jadi, pendidikan bukan hanya tentang transfer ilmu, tetapi juga tentang pembinaan karakter dan pengembangan potensi anak secara baik.

KHD menegaskan bahwa pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun dalam kehidupan berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya.

Pendidikan harus membekali anak dengan kemampuan dan pengetahuan yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat yang terus berkembang, serta untuk berpartisipasi dalam budaya yang dinamis dan beragam.

Dengan demikian, KHD mengarahkan pendidikan untuk tidak hanya fokus pada aspek akademis semata, tetapi juga pada aspek moral, sosial, dan emosional.

Ia menekankan pentingnya pendidikan yang seimbang antara pengembangan intelektual dan pembentukan karakter.

Anak-anak harus dibimbing untuk memahami nilai-nilai kemanusiaan dan kearifan lokal, sehingga mereka dapat tumbuh menjadi individu yang seimbang, baik dalam pemikiran maupun dalam tindakan.

Secara keseluruhan, asas pendidikan menurut KHD menekankan bahwa tujuan akhir pendidikan adalah menciptakan individu yang utuh, yang mampu hidup secara harmonis dengan dirinya sendiri, dengan masyarakat, dan dengan alam sekitarnya.

Pendidikan haruslah kontekstual, menghormati keberagaman, dan mengembangkan potensi anak sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman yang dihadapinya.

- KHD menjelaskan bahwa dasar Pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan “sifat” dan “bentuk”

Sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan “isi” dan “irama”

KHD mengelaborasi Pendidikan terkait kodrat alam dan kodrat zaman sebagai berikut

“Dalam melakukan pembaharuan yang terpadu, hendaknya selalu diingat bahwa segala kepentingan anak-anak didik, baik mengenai hidup diri pribadinya maupun hidup kemasyarakatannya, jangan sampai meninggalkan segala kepentingan yang berhubungan dengan kodrat keadaan, baik pada alam maupun zaman.

Sementara itu, segala bentuk, isi dan wirama (yakni cara mewujudkannya) hidup dan penghidupannya seperti demikian, hendaknya selalu disesuaikan dengan dasar-dasar dan asas-asas hidup kebangsaan yang bernilai dan tidak bertentangan dengan sifat-sifat kemanusiaan” (Ki Hadjar Dewantara, 2009, hal. 21)

Contoh Jawaban Refleksi

Ki Hadjar Dewantara (KHD) menjelaskan bahwa dasar pendidikan anak berhubungan erat dengan kodrat alam dan kodrat zaman.

Kodrat alam mencakup “sifat” dan “bentuk” lingkungan tempat anak tumbuh, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan “isi” dan “irama” kehidupan di masa tersebut.

Dalam pandangannya mengenai pendidikan, KHD mengelaborasi pentingnya mempertimbangkan kodrat alam dan kodrat zaman dengan jelas. Ia menyatakan:

“Dalam melakukan pembaharuan yang terpadu, hendaknya selalu diingat bahwa segala kepentingan anak-anak didik, baik mengenai hidup diri pribadinya maupun hidup kemasyarakatannya, jangan sampai meninggalkan segala kepentingan yang berhubungan dengan kodrat keadaan, baik pada alam maupun zaman.

Sementara itu, segala bentuk, isi dan wirama (yakni cara mewujudkannya) hidup dan penghidupannya seperti demikian, hendaknya selalu disesuaikan dengan dasar-dasar dan asas-asas hidup kebangsaan yang bernilai dan tidak bertentangan dengan sifat-sifat kemanusiaan” (Ki Hadjar Dewantara, 2009, hal. 21).

KHD mengingatkan para pendidik bahwa tujuan pendidikan adalah untuk membantu anak mencapai potensi maksimalnya sesuai dengan kodrat alam dan zaman.

Dari sudut pandang kodrat zaman, pendidikan saat ini menekankan pentingnya keterampilan abad ke-21 seperti berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, dan komunikasi.

Dalam konteks kodrat alam, lingkungan sosial dan budaya lokal murid di berbagai wilayah Indonesia, seperti Indonesia Barat, Tengah, dan Timur, memiliki karakteristik yang berbeda dan perlu diperhatikan dalam proses pendidikan.

Dalam menghadapi pendidikan dengan perspektif global, KHD menekankan bahwa pengaruh dari luar harus disaring dengan bijaksana, memastikan bahwa kearifan lokal sosial dan budaya Indonesia tetap diutamakan.

Isi dan irama yang dimaksud KHD adalah bahwa konten atau muatan pengetahuan yang diadopsi harus selaras dengan nilai-nilai kemanusiaan dan kontekstual dengan budaya sosial Indonesia.

Keberagaman sosial dan budaya Indonesia menjadi kekuatan kodrat alam dan zaman yang dapat dimanfaatkan dalam mendidik dan menuntun kekuatan kodrat anak.

Selain itu, KHD menekankan bahwa pendidikan harus disesuaikan dengan tuntutan alam dan zamannya sendiri.

Cara belajar dan interaksi murid abad ke-21 tentunya sangat berbeda dengan murid di pertengahan dan akhir abad ke-20.

Kodrat alam Indonesia, yang terdiri dari dua musim (musim hujan dan kemarau) serta bentangan alam yang beragam dari pesisir pantai hingga pegunungan, memberikan keragaman dalam cara memaknai dan menghayati kehidupan.

Perubahan zaman yang dinamis juga mempengaruhi cara pendidik menuntun murid-murid mereka.

Dengan demikian, KHD menegaskan pentingnya pendidikan yang adaptif, mengintegrasikan nilai-nilai lokal dan global, serta menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan lingkungan alam yang ada.

Pendidikan yang baik harus mempertimbangkan kodrat alam dan kodrat zaman agar anak dapat berkembang secara optimal sesuai dengan lingkungannya.

KHD juga mengingatkan bahwa pengaruh dari luar harus disaring dengan tetap mengutamakan kearifan lokal dan budaya Indonesia.

Konten pengetahuan yang diadopsi tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan sosial budaya Indonesia.

Keberagaman sosial budaya Indonesia menjadi kekuatan kodrat alam dan zaman yang dapat mendukung pendidikan anak.

Oleh karena itu, KHD menegaskan bahwa mendidik anak harus disesuaikan dengan alam dan zamannya sendiri, memastikan mereka dapat belajar dan berinteraksi sesuai dengan tuntutan masa kini dan lingkungan mereka.

- Budi Pekerti

Jawaban

Menurut Ki Hadjar Dewantara (KHD), budi pekerti atau karakter adalah perpaduan antara gerak pikiran, perasaan, dan kehendak yang menghasilkan tenaga.

Budi pekerti dapat diartikan sebagai integrasi dari tiga aspek: Cipta (kognitif), Karsa (afektif), dan Karya (psikomotor).

Dengan kata lain, budi pekerti mencakup kemampuan berpikir, merasakan, dan bertindak yang secara bersama-sama membentuk karakter seseorang.

KHD menekankan pentingnya peran keluarga sebagai tempat utama dan paling efektif dalam melatih pendidikan sosial dan karakter anak.

Keluarga adalah lingkungan pertama dan paling mendasar bagi anak untuk mengembangkan kecerdasan budi pekerti dan pembentukan watak individual.

Di dalam keluarga, anak-anak belajar nilai-nilai moral, etika, dan norma-norma sosial yang akan membentuk dasar kepribadian mereka.

Keluarga berfungsi sebagai ekosistem kecil yang menyediakan lingkungan ideal untuk mempersiapkan anak hidup dalam masyarakat.

Di sini, anak-anak belajar berinteraksi, bekerja sama, dan memahami peran mereka dalam komunitas yang lebih luas.

KHD percaya bahwa keluarga memiliki peran yang lebih signifikan dibandingkan dengan institusi pendidikan formal dalam membentuk karakter anak.

Menurut KHD, pembentukan karakter yang baik tidak hanya bergantung pada pendidikan akademis semata, tetapi juga pada pendidikan moral dan sosial yang dimulai sejak dini dalam lingkungan keluarga.

Pendidikan karakter harus mencakup pengembangan seluruh aspek budi pekerti, termasuk bagaimana anak berpikir, merasa, dan bertindak.

Lebih jauh lagi, KHD mengajarkan bahwa pendidikan karakter harus berkelanjutan dan konsisten, tidak hanya di rumah tetapi juga di sekolah dan lingkungan sosial yang lebih luas.

Semua pihak, termasuk orang tua, guru, dan masyarakat, harus bekerja sama dalam mendidik dan membentuk karakter anak.

Secara keseluruhan, KHD menekankan bahwa budi pekerti adalah fondasi penting dalam pendidikan.

Pendidikan yang baik harus mencakup upaya untuk mengembangkan seluruh aspek karakter anak, membantu mereka menjadi individu yang seimbang, bermoral, dan mampu berkontribusi positif dalam masyarakat.

Dengan demikian, pendidikan karakter bukan hanya tanggung jawab sekolah tetapi juga keluarga dan lingkungan sosial secara keseluruhan.

Baca Juga: Berdasarkan Cerita di Atas, Tindakan yang Dapat Bu Wati Lakukan untuk Membangun Daya Lenting Deni, Sesuai

Jadi, itulah eksplorasi konsep modul 1.1 Guru Penggerak refleksi filosofis pendidikan nasional - Ki Hadjar Dewantara.***

Disclaimer:

Kebenaran jawaban diatas tidak mutlak. Jawaban tersebut bersifat terbuka sehingga bisa dieksplorasi lagi lebih lanjut.

Editor: Siti Juniafi Maulidiyah

Sumber: Kemdikbud

Tags

Terkini

Terpopuler