Analisislah Kemiskinan di Indonesia, Terutama di Masa Pasca Pandemi Covid Anda Bisa Menyertakan Data

17 Mei 2024, 09:17 WIB
Analisislah Kemiskinan di Indonesia, Terutama di Masa Pasca Pandemi Covid Anda Bisa Menyertakan Data atau Literatur /Pexels.com /cottonbro studio/

INFOTEMANGGUNG.COM – Berikut inilah contoh jawaban analisislah kemiskinan di Indonesia, terutama di masa pasca pandemi Covid. Anda bisa menyertakan data atau literatur pendukung lainnya.

Studi kasus kemiskinan di Indonesia, terutama di masa pasca pandemi Covid ini menarik untuk diulas.

Yuk perhatikan pembahasan “kemiskinan di Indonesia, terutama di masa pasca pandemi Covid” ini.

Baca Juga: Kasus di Atas Menggambarkan Terjadinya Pelanggaran Etika Bisnis pada Tokopedia, Coba Anda Analisa dan Uraikan!

Coronavirus Disease 2019 atau Covid-19 adalah penyakit baru yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan dan radang paru-paru.

Penyakit ini disebabkan oleh infeksi Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2).

Dampak dari pandemi Covid-19 sangat besar di berbagai bidang, termasuk kesehatan, pendidikan, dan ekonomi.

Salah satu dampak signifikan dari pandemi ini adalah peningkatan angka kemiskinan.

Hm, kira-kira berapa angka kemiskinan di Indonesia di masa pasca pandemi Covid?

Untuk teman-teman yang penasaran, yuk simak contoh jawaban berikut ini.

Soal Lengkap

Analisislah kemiskinan di Indonesia, terutama di masa pasca pandemi Covid. Anda bisa menyertakan data atau literatur pendukung lainnya.

Contoh Jawaban

Dampak pandemi Covid-19 sangat signifikan, terutama dalam bidang kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. Salah satu dampak yang paling mencolok adalah peningkatan angka kemiskinan di Indonesia.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, persentase penduduk miskin pada September 2022 tercatat sebesar 9,57 persen, meningkat 0,03 persen poin dibandingkan dengan Maret 2022, namun menurun 0,14 persen poin dibandingkan dengan September 2021.

Jumlah penduduk miskin pada September 2022 mencapai 26,36 juta orang, meningkat sebesar 0,20 juta orang dibandingkan Maret 2022, tetapi menurun 0,14 juta orang dibandingkan dengan September 2021.

Persentase penduduk miskin di perkotaan pada Maret 2022 sebesar 7,50 persen, naik menjadi 7,53 persen pada September 2022.

Sementara itu, persentase penduduk miskin di perdesaan pada Maret 2022 sebesar 12,29 persen, naik menjadi 12,36 persen pada September 2022.

Jika dibandingkan dengan Maret 2022, jumlah penduduk miskin perkotaan pada September 2022 meningkat sebanyak 0,16 juta orang, dari 11,82 juta orang menjadi 11,98 juta orang.

Sementara itu, jumlah penduduk miskin di perdesaan meningkat sebanyak 0,04 juta orang, dari 14,34 juta orang pada Maret 2022 menjadi 14,38 juta orang pada September 2022.

Garis Kemiskinan pada September 2022 tercatat sebesar Rp535.547,00 per kapita per bulan. Komposisi Garis Kemiskinan terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan sebesar Rp397.125,00 (74,15 persen) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan sebesar Rp138.422,00 (25,85 persen).

Rata-rata rumah tangga miskin di Indonesia memiliki 4,34 orang anggota rumah tangga. Dengan demikian, besarnya Garis Kemiskinan per rumah tangga miskin secara rata-rata adalah sebesar Rp2.324.274,00 per rumah tangga miskin per bulan.

Pandemi Covid-19 telah mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan meningkatkan kemiskinan menjadi salah satu dampak yang paling signifikan.

Baca Juga: ULASAN E-Commerce Tokopedia Diretas Hacker, 91 Juta Data Akun Pengguna dan 7 Juta Akun Merchant Dikabarkan

Upaya pemulihan ekonomi pasca pandemi sangat penting untuk menurunkan angka kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Dukungan terhadap sektor-sektor yang paling terdampak, seperti UMKM, serta program bantuan sosial yang tepat sasaran, sangat diperlukan untuk mempercepat pemulihan ekonomi dan menekan angka kemiskinan di Indonesia.

Jadi, itulah contoh jawaban terkait angka kemiskinan di Indonesia terutama di masa pasca pandemi Covid.***

 

Disclaimer:

Kebenaran jawaban diatas tidak mutlak. Jawaban tersebut bersifat terbuka sehingga bisa dieksplorasi lagi lebih lanjut.

Editor: Siti Juniafi Maulidiyah

Sumber: bps.go.id

Tags

Terkini

Terpopuler